Amerika menggempur sejumlah fasilitas militan Irak yang didukung Iran sebagai balasan serangan ke pangkalan militer Camp Taji di Irak yang menewaskan sedikitnya tiga personel militer dan melukai 14 lainnya.
Dalam sebuah pernyataan resmi, Departemen Pertahanan Amerika mengkonfirmasi pasukannya melakukan “serangan presisi defensif” terhadap lima fasilitas penyimpanan senjata Kataib Hezbollah untuk secara signifikan menurunkan kemampuan mereka melakukan serangan di masa depan terhadap pasukan koalisi Operation Inherent Resolve (OIR).
Kataib Hezbollah adalah kelompok paramiliter Syiah Irak yang didukung Iran. Serangan itu diduga terjadi di Babel, yang terletak di barat daya Baghdad, lapor al-Arabiya.
NEW: Unverified video footage of effects of US/UK aerial bombardment of Iraq tonight. pic.twitter.com/7NCnkLfZ0B
— Afshin Rattansi (@afshinrattansi) March 12, 2020
“Serangan ini bersifat defensif, proporsional, dan sebagai tanggapan langsung terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok milisi Syiah yang didukung Iran yang terus menyerang pangkalan yang menampung pasukan koalisi OIR,” tambah pernyataan itu Kamis 12 Maret 2020 waktu Washington.
Angkatan Darat Irak menyatakan bahwa Amerika juga melabrak empat lokasi pasukan mobilisasi populer termasuk markas Ḥashd ash-Shabi. Ḥashd ash-Shabi, yang juga dikenal sebagai Popular Mobilization Forces (PMF), adalah organisasi yang disponsori negara Irak yang merupakan bagian dari Angkatan Bersenjata Irak. Salah satu situs diyakini sebagai bandara yang belum selesai di provinsi Karbala.
https://twitter.com/thestevennabil/status/1238247488865349633?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1238247488865349633&ref_url=https%3A%2F%2Fwww.thedrive.com%2Fthe-war-zone%2F32571%2Famerican-retaliatory-strikes-against-iranian-backed-militias-in-iraq-have-begun
Seorang pejabat Amerika mengatakan kepada AP bahwa serangan itu menargetkan fasilitas senjata Kataib Hezbollah di Irak dan serangan itu adalah operasi bersama dengan Inggris. Seorang warga negara Inggris tewas dalam serangan hari Rabu.
“Kelompok-kelompok teror ini harus menghentikan serangan mereka terhadap Amerika dan pasukan koalisi atau menghadapi konsekuensi pada waktu dan tempat yang kami pilih. Amerika dan koalisi tetap berkomitmen pada mengalahkan ISIS dan keamanan jangka panjang, stabilitas, dan kedaulatan Irak, ” demikian pernyataan Pentagon.
Kataib Hizbullah dipimpin Abu Mahdi al-Muhandis, yang terbunuh, bersama Mayor Jenderal Iran Qasem Soleimani, dalam serangan udara Amerika 3 Januari di Baghdad. Pada bulan Februari, Departemen Luar Negeri Amerika menyebut Ahmad al-Hamidawi, pemimpin baru Kataib Hezbollah, sebagai teroris global.
Menteri Pertahanan Amerika Mark Esper mengatakan kepada wartawan Rabu malam bahwa Presiden Donald Trump telah memberinya izin untuk melakukan apa yang perlu dilakukan.
“Kami akan mengambil langkah ini satu per satu, tetapi kami harus meminta pertanggungjawaban pelaku,” kata Esper. “Anda tidak bisa menembak di pangkalan kami dan membunuh dan melukai orang Amerika dan lolos begitu saja.”
Serangan hari Rabu terjadi setelah Amerika Serikat mengumumkan akan memindahkan sistem pertahanan udara dan rudal ke Irak untuk mempertahankan diri dari serangan rudal balistik dan ancaman drone. Perkembangan itu terjadi setelah dua bulan setelah Pangkalan Udara Ayn al-Asad di Irak Barat digempur sekitar 16 rudal Iran.