Sejumlah pihak menyerukan semua yang berkonflik di Idlib Suriah untuk menghentikan pertempuran. Gejolak yang terjadi sudah membawa korban yang terlalu mengerikan.
“Selama hampir setahun kami telah menyaksikan serentetan serangan darat oleh pemerintah Suriah yang didukung serangan udara Rusia. Februari ini terulang kembali bentrokan mematikan antara pasukan Turki dan pasukan Pemerintah Suriah,” kata Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres.
Dia meminta agar segera diberlakukan gencatan senjata di kawasan Idlib, Suriah guna mengakhiri bencana kemanusiaan serta menghindari eskalasi tak terkendali.
“Mimpi buruk kemanusiaan buatan manusia yang telah lama dialami oleh rakyat Suriah ini harus dihentikan. Krisis itu harus dihentikan sekarang,” katanya kepada awak media di New York.
Sementar itu para pemimpin Perancis dan Jerman mengatakan kepada Presiden Turki Tayyip Erdogan bahwa krisis kemanusiaan di Provinsi Idlib, Suriah memerlukan solusi politik dan bahwa ketiganya harus segera bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
“Presiden Emmanuel Macron beserta Kanselir Jerman Angela Merkel mengungkapkan kekhawatiran mereka atas situasi bencana kemanusiaan, yang dialami warga sipil dan risiko lebih lanjut,” demikian pernyataan kepresidenan Prancis.
Desakan Indonesia
Indonesia juga meminta agar kekerasan yang tengah terjadi di wilayah Idlib, Suriah, saat ini untuk segera dihentikan, dan mendorong semua pihak kunci untuk mengembalikan ketenangan di wilayah itu, serta tidak memperpanjang penderitaan para warga sipil.
Pernyataan tersebut disampaikan Wakil Tetap RI untuk PBB di New York Dian Triansyah Djani dalam pertemuan Dewan Keamanan (DK) PBB mengenai Suriah, 19 Februari lalu.
“Eskalasi dan kekerasan harus dihentikan. Gencatan senjata perlu dihormati secara serius,” kata Dubes Djani dalam pertemuan tersebut sebagaimana dilaporkan Antara.
Menurut PBB, sejak eskalasi dimulai pada 1 Desember 2019, tercatat 900 ribu orang telantar dan kehilangan tempat tinggal, mayoritas perempuan dan anak-anak.
Selain itu, terdapat laporan bahwa bayi dan anak kecil meninggal dunia akibat cuaca dingin yang sangat ekstrem di wilayah itu.
Sementara itu, bantuan kemanusiaan yang dilakukan PBB dan mitra kemanusiaan lain sudah kewalahan memenuhi permintaan di lapangan.
Indonesia memandang saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menahan diri dan mencari solusi konkret bagi Suriah.
Ketegangan kembali meningkat antara Turki dan Suriah, yang didukung oleh sekutunya Rusia, atas konflik di Idlib—benteng pemberontak yang tersisa dari sembilan tahun perang saudara di Suriah, di mana pasukan pemerintah melakukan serangan.
Serangan itu telah mendorong ribuan warga sipil untuk menyelamatkan diri dari Idlib, dan Turki telah menuntut gencatan senjata dan meminta pemerintah Suriah untuk menarik pasukannya.
Ankara telah mendesak Moskow, yang mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad, untuk menghentikan serangan di Idlib. Serangan itu telah memicu gelombang migran ke Turki yang saat ini menampung 3,6 juta pengungsi Suriah.
Presiden Recep Tayyip Erdogan menyatakan Turki mungkin menggunakan kekuatan militernya untuk memukul mundur pasukan Suriah, kecuali pemerintah Suriah menarik pasukannya sebelum akhir Februari ini.
Pada 2018, Turki dan Rusia telah menandatangani kesepakatan zona deeskalasi di Idlib, yang memungkinkan kedua pihak mendirikan pos pengamatan militer di kawasan itu.
Namun, sejak eskalasi kekerasan di Idlib, kedua belah pihak saling menuduh telah mencederai perjanjian tersebut, demikian laporan Reuters.