Site icon

Oman Melihat Risiko Bentrokan Terbesar Teluk Ada di Selat Hormuz

Kapal induk USS Abraham Lincoln si kawasan Teluk/US Navy

Risiko konfrontasi militer lebih tinggi di Selat Hormuz daripada di tempat lain di wilayah Teluk. Menteri Negara Luar Negeri Yousuf bin Alawi bin Abdullah menyebut risiko ini sebagian karena meningkatnya jumlah kapal militer dari berbagai negara berada di wilayah ini.

Jalur air antara Iran dan Oman dengan lebar 33 km pada titik tersempitnya adalah jalur untuk sekitar 30% semua minyak mentah dan cairan minyak lainnya yang diperdagangkan melalui laut.

Gesekan antara Iran dan Barat telah menyebabkan beberapa negara mengirim satuan tugas untuk menjaga pengiriman di sana. Washington menyalahkan Teheran atas serangan terhadap kapal dagang internasional di atau dekat daerah itu, sesuatu yang dibantah Teheran.

“Ada banyak kapal militer di Hormuz (daerah) dan kekhawatiran kami adalah mungkin ada kesalahan,” Yousuf bin Alawi bin Abdullah di Konferensi Keamanan Munich Sabtu 15 Februari 2020 sebagaimana dilaporkan Reuters.

Menurutnya Hormuz akan menjadikan daerah itu titik api paling berisiko di Teluk selama beberapa bulan mendatang.

Iran tidak dapat secara hukum menutup jalur air secara sepihak karena sebagiannya berada di perairan teritorial Oman. Namun, kapal  berlayar melewati perairan Iran, yang berada di bawah tanggung jawab Angkatan Laut Garda Revolusi Islam Iran.

Teheran juga mengancam akan melakukan pembalasan atas pembunuhan terhadap komandan militer utamanya, Qassem Soleimani, dalam serangan pesawat tak berawak Amerika 3 Januari 2020 lalu, meskipun analis regional mengatakan bahwa tidak mungkin untuk melibatkan intervensi di Selat.

Washington,  pada 2018 memutuskan untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir internasional dengan Iran dan memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran. Negara ini memimpin misi angkatan laut untuk melindungi kapal tanker minyak dan kapal kargo. Inggris bergabung dalam koalisi ini.

Sementara Perancis memimpin misi Eropa dan Jepang, Rusia, Korea Selatan dan China juga telah mengirim aset angkatan laut ke wilayah tersebut.

Ada konfrontasi berkala antara Garda Revolusi Iran dan militer Amerika di Teluk dalam beberapa tahun terakhir. Pejabat Amerika mengatakan penutupan Selat akan melewati “garis merah” dan Washington akan mengambil tindakan untuk membukanya kembali.

“Satu-satunya hal untuk Kuwait, Bahrain dan Qatar adalah Selat Hormuz dan jika diblokir kita semua akan berada dalam masalah sehingga itu sebabnya penting untuk menjaga perlindungan navigasi maritim,” kata Menteri Luar Negeri Kuwait Sheikh Ahmad Nasser al-Mohammad al-Sabah pada konferensi yang sama.

 

Exit mobile version