Turki mendesak Rusiauntuk mengendalikan pasukan pemerintah Suriah di provinsi barat laut Idlib, sehari setelah delapan personel Turki tewas dalam serangan yang dituduhkan Ankara kepada pasukan Suriah yang didukung Rusia.
Kedua negara mendukung pihak-pihak yang bertikai dalam perang, dengan Rusia mendukung Presiden Bashar al-Assad dan Turki mendukung pemberontak yang pernah bertujuan untuk menjatuhkannya.
Mereka telah bekerja sama untuk mengurangi pertempuran di Idlib, tetapi serangan besar pemerintah Suriah di wilayah itu telah mengguncang Ankara, yang khawatir jutaan pengungsi akan didorong ke Turki, yang telah menampung 3,6 juta pengungsi.
KEtika Turki mendesak Rusia untuk menahan pasukan Suriah agar tidak melancarkan serangan lebih lanjut, Moskow mengatakan pihaknya prihatin dengan serangan oleh gerilyawan yang mengendalikan Idlib, pemberontak yang tersisa cukup kuat setelah hampir sembilan tahun perang.
Pada hari Senin, Turki membombardir puluhan target di sekitar Idlib dalam menanggapi serangan mematikan terhadap pasukannya.
“Saya mengatakan kepada rekan saya Sergei Lavrov bahwa rezim sedang melakukan serangan provokatif pada pos pengamatan kami di sekitar Idlib, bahwa kami akan membalas jika mereka melanjutkan ini, dan bahwa mereka perlu menghentikan rezim sesegera mungkin,” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu kepada wartawan Selasa 5 Februari 2020 sebagaimana dilaporkan Reuters.
“Kami tidak menerima alasan ‘kami tidak dapat sepenuhnya mengendalikan rezim’ di sini,” katanya, seraya menambahkan bahwa perjanjian dengan Rusia mengenai Idlib harus dihidupkan kembali.
Konstantin Kosachev, seorang anggota parlemen senior Rusia, mengatakan Moskow sangat prihatin dengan situasi di Idlib, menyebutnya sebagai ujian serius terhadap perjanjian Rusia-Turki yang ada di Idlib dan di timur laut Suriah, di mana kedua negara telah melakukan patroli bersama.
Seorang pejabat keamanan Turki mengatakan bentrokan antara pasukan Turki dan Suriah berlanjut meski singkat di sekitar Saraqeb, sebuah kota 15 km (9 mil) timur kota Idlib.
Dia mengatakan Turki tidak memiliki rencana untuk menarik diri dari 12 pos pengamatan yang didirikannya di daerah itu sebagai bagian dari perjanjian 2017 dengan Rusia dan Iran, meskipun beberapa pos sekarang dikelilingi oleh pasukan pemerintah Suriah.
“Ada informasi bahwa beberapa pos pengamatan telah dikepung oleh rezim, tetapi (pasokan) senjata, peralatan, dan dukungan militer terhadap Idlib terus berlanjut,” kata pejabat yang berbicara dengan syarat anonim.
Pertempuran di Idlib terus berlanjut dalam beberapa tahun terakhir meskipun ada beberapa upaya gencatan senjata.
Turki sedang membangun perumahan untuk orang-orang telantar di dekat perbatasan Turki, di mana Presiden Tayyip Erdogan mengatakan pada hari Senin hampir 1 juta orang bisa ditempatkan.
Juru bicara regional PBB David Swanson mengatakan 520.000 orang telah mengungsi sejak awal Desember. Dia mengatakan 280.000 orang tambahan bisa mengungsi dari pusat-pusat kota dekat dua jalan raya utama di wilayah tersebut.