Sekitar selusin militan dari kelompok al-Shabab melancarkan serangan mendadak terhadap pangkalan militer Kenya yang menampung pasukan Amerika awal Januari 2020 ini. Rincian tentang serangan tersebut muncul dalam laporan New York Times yang diterbitkan Rabu 22 Januari 2020.
Serangan itu menewaskan dua kontraktor sipil Amerika dan seorang tentara Amerika. The Times melaporkan dalam pertempuran yang berlangsung beberapa jam, para militan berhasil menyusup ke pangkalan Teluk Manda, dekat perbatasan Kenya dengan Somalia, pada 5 Januari.
Pasukan Amerika dan Rangers Kenya ditempatkan di pangkalan untuk melakukan pelatihan dan operasi pengawasan terhadap kelompok militan.
Tidak jelas bagaimana gerilyawan bisa memasuki markas, yang dijaga oleh pasukan Kenya dan memiliki garis pagar.
Menurut The Times sebagaimana dikutip Business Insider, beberapa pasukan Kenya yang tugasnya mempertahankan pangkalan diduga justru bersembunyi di rerumputan selama serangan terjadi.
Setelah para militan masuk, dua pilot kontraktor Departemen Pertahanan yang membawa pesawat mereka di landasan pacu untuk diselamatkan.
Para militan kemudian menembakkan sebuah granat berpeluncur roket ke pesawat, menewaskan pilot Dustin Harrison dan Bruce Triplett.
Para pejuang juga menyerang pesawat terdekat lainnya dan area penyimpanan bahan bakar, menyebabkan kerusakan dengan nilai jutaan dolar.
US Army Spc. Henry Mayfield, yang berada di truk pada saat itu, juga terbunuh. Dua anggota militer Amerika terluka. Salah satu kontraktor yang luka bakar dalam serangan diterbangkan ke rumah sakit militer di Djibouti yang berjarak 1.500 mil dan memakan waktu delapan jam. Sementara di pihak gerilawan, lima orang tewas.
Serangan itu sebagian besar tidak mendapat pemberitaan besar ditutup ketegangan antara Amerika dan Iran yang sedang berkobar di Timur Tengah.
Dua hari sebelum serangan Shabab, serangan pesawat tak berawak Amerika menewaskan Mayjen Iran Qassem Soleimani dan pemimpin milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis.
Lima hari setelah serangan rudal, militer Iran meluncurkan rentetan rudal di pangkalan militer di Irak yang menampung pasukan Amerika.
Meskipun terjadi konflik bersenjata baru-baru ini di Kenya, para pejabat militer Amerika menggandakan keputusan mereka untuk mempertimbangkan mengalihkan pasukan mereka dari Afrika dan untuk lebih fokus pada China dan Rusia.
Prospek penarikan, yang ditekankan oleh pejabat militer Amerika belum selesai, membuat banyak analis dan anggota parlemen khawatir. Al-Shabab yang merupakan afiliasi Al Qaeda, tetap merajalela meskipun kehadiran pasukan Amerika.
“Kelompok-kelompok militan di Afrika mencetak rekor aktivitas pada 2019, yang mencerminkan dua kali lipat aktivitas militan dari 2013,” kata Pusat Studi Strategis Afrika dalam sebuah analisis.