Depot Angkatan Darat Amerika di Kentucky ditugaskan untuk menghancurkan timbunan senjata kimia yang masih dimiliki negara itu. Dalam pernyataannya US Army mengatakan akan fokus terlebih dahulu pada amunisi yang mengandung agen saraf sarin, menghancurkan bahan-bahan itu melalui proses dua langkah otomatis.
“Ini adalah tonggak utama lain menuju penghapusan total stok senjata kimia di Kentucky,” kata Candace Coyle, seorang manajer proyek lapangan Blue Grass Army Depot’s Chemical Agent-Destruction Pilot Plant kepada Lexington Herald-Leader Selasa 20 Januari 2020.
“Dengan setiap amunisi dihancurkan, kami membuat Madison dan daerah sekitarnya menjadi tempat yang lebih aman untuk hidup.”
Depot Blue Grass di Madison County, Kentucky, awalnya menampung 523,4 ton senjata kimia yang terdiri dari amunisi artileri 155 milimeter yang mengandung gas mustard (atau H mustard) dan agen saraf VX, proyektil sarin 8-inci, dan roket M55 dengan sarin dan hulu ledak VX. Menurut Lexinton Herald lebih dari 101.000 amunisi senjata kimia masih tersisa.
Upaya awal untuk menghancurkan persediaan senjata kimia dimulai pada Juni 2019 dengan penghancuran proyektil gas mustard dan pada 22 Januari 2020, sekitar 15,8 ton agen kimia telah dihancurkan. Pekan lalu, petugas memulai penghancuran total amunisi sarin dalam skala penuh.
Proses penghancuran dua langkah terdiri dari netralisasi diikuti dengan supercritical water oxidation.
Netralisasi melibatkan pemisahan dan pengeringan agen dari komponen peledaknya kemudian dinetralkan dalam campuran air panas dan natrium hidroksida, zat sangat kaustik yang sering digunakan dalam pembersihan berat. Produk dari campuran, dijuluki hidrolisat, diuji untuk memastikan bahan kimia telah dihancurkan sebelum langkah selanjutnya.
Setelah zat dipastikan bebas zat kimia, zat tersebut dipindahkan ke unit SCWO untuk dihancurkan bahan organiknya. “SCWO akan menyebabkan hidrolisat pada suhu dan tekanan yang sangat tinggi, memecahnya menjadi karbon dioksida, air dan garam,” jelas situs web Depot Blue Grass.
Potongan logam dari amunisi pada akhirnya didaur ulang setelah dipanaskan hingga lebih dari 1.000 derajat Fahrenheit selama setidaknya 15 menit untuk memastikan dekontaminasi termal.
Meskipun Amerika menandatangani Konvensi Senjata Kimia – yang melarang produksi, pengembangan, penggunaan, dan penimbunan senjata kimia berskala besar – pada 1990-an, negara itu tidak dapat memenuhi tenggat waktu penghancuran tahun 2012 hingga memunculkan tuduhan Amerika enttan mematuhi perjanjian.