Korea Utara pada Selasa 21 Januari 2020 menegaskan mereka tidak lagi terikat dengan komitmen untuk menghentikan pengujian nuklir dan rudal.
Pyongyang mengambil sikap tersebut dengan menyalahkan Amerika Serikat yang dianggap gagal memenuhi batas waktu akhir tahun untuk pembicaraan nuklir dan sanksi-sanksi Amerika yang “brutal dan tidak manusiawi”.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menetapkan batas waktu akhir Desember untuk pembicaraan denuklirisasi dengan Amerika Serikat dan penasihat keamanan nasional Gedung Putih Robert O’Brien mengatakan pada saat itu Amerika Serikat telah membuka saluran komunikasi.
O’Brien kemudian mengatakan dia berharap Kim akan menindaklanjuti komitmen denuklirisasi yang dia buat di KTT dengan Presiden Amerika Donald Trump.
Ju Yong Chol, seorang penasihat misi Korea Utara untuk PBB di Jenewa, mengatakan bahwa selama dua tahun terakhir, negaranya telah menghentikan uji coba nuklir dan uji penembakan rudal balistik antar benua untuk membangun kepercayaan dengan Amerika Serikat .
Tetapi Amerika Serikat menanggapi dengan melakukan lusinan latihan militer bersama dengan Korea Selatan di semenanjung dan terus menjatuhkan sanksi.
“Sebagaimana menjadi jelas sekarang bahwa Amerika tetap tidak berubah dalam ambisinya untuk memblokir pembangunan DPRK dan melumpuhkan sistem politiknya, kami tidak menemukan alasan untuk terikat secara sepihak lagi dengan komitmen yang gagal dihormati oleh pihak lain,” kata Ju kepada Konferensi Perlucutan Senjata yang didukung PBB.
Berbicara sebagai utusan dari Republik Rakyat Demokratik Korea, Ju menuduh Amerika Serikat menerapkan “sanksi paling brutal dan tidak manusiawi”.
“Jika Amerika bertahan dalam kebijakan bermusuhan seperti itu terhadap DPRK, tidak akan pernah ada denuklirisasi semenanjung Korea,” katanya sebagaimana dilaporkan Reuters.
“Jika Amerika Serikat mencoba untuk menegakkan tuntutan sepihak dan terus memberlakukan sanksi, Korea Utara mungkin terdorong untuk mencari jalan baru.”
Duta Besar perlucutan senjata Amerika Robert Wood menyuarakan keprihatinan atas pernyataan Pyongyang dan mengatakan Washington berharap Korea Utara akan kembali ke meja perundingan.
“Apa yang kami harap adalah bahwa mereka akan melakukan hal yang benar dan kembali ke meja dan mencoba untuk menyusun pengaturan di mana kita dapat memenuhi janji yang dibuat oleh Presiden Trump dan Ketua Kim untuk denuklirisasi,” katanya.
Duta Besar Korea Selatan Jang-keun Lee mengatakan harus ada kemajuan substansial dalam denuklirisasi untuk mempertahankan dan membangun momentum untuk dialog. “Karena itu, dimulainya kembali negosiasi antara Amerika Serikat dan DPRK sangat penting,” katanya.
Vesna Batistic Kos, perwakilan tetap Kroasia di Jenewa berbicara atas nama Uni Eropa, juga meminta Korea Utara untuk tetap berpegang pada pembicaraan.