Keluarga Kerajaan Inggris telah diguncang oleh keputusan Duke dan Duchess of Sussex untuk mundur dari kelompok bangsawan senior dan mencari kemandirian finansial.
Awal pekan ini Ratu Elizabeth II dengan berat hati memberikan restu kepada cucunya tersebut dan memberi “masa transisi” sebelum Pangeran Harry dan istrinya Meghan yang berkebangsaan Amerika untuk membagi waktu antara Inggris dan Kanada.
Sang Ratu mengatakan kesepakatan yang dicapai pada pertemuan puncak keluarga di kawasan Sandringham yang tidak dihadiri Meghan telah melibatkan masalah rumit bagi keluarganya.
Pada abad ke-20 sejumlah negara telah menyingkirkan keluarga kerajaan – Jerman, Austria dan Turki pada 1918, Italia pada 1946, Ethiopia dan Yunani pada 1974 – dan Nepal mengikutinya pada 2008, tujuh tahun setelah Putra Mahkota Dipendra membantai 10 kerabat di perjamuan kerajaan.
Tetapi berapa banyak negara masih memiliki monarki yang berdampingan dengan pemerintahan modern, bukan kerajaan yang memegang kekuasaan politik seperti Kerajaan Arab Saudi, Yordania dan beberapa negara di Timur Tengah. Lantas bagaimana mereka melanjutkan kehidupan di abad ke-21?
Jepang
Keluarga kekaisaran seharusnya dihapuskan pada tahun 1945 setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II tetapi Amerika Serikat memutuskan untuk menjaga Kaisar Hirohito di Tahta Krisan dengan harapan dapat menghentikan komunis di Tokyo.
Meskipun tidak lagi dianggap sebagai sosok seperti dewa, Hirohito tetap sebagai Kaisar sampai kematiannya pada tahun 1989, ketika putranya Akihito menggantikannya, mengantar era yang dikenal sebagai Heisei.
Crown Prince Naruhito and Crown Princess Masako leave the temporary Togu Palace for their 1st wedding banquet at the Imperial Palace on June 15, 1993.
Masako wore an orange dress designed by Hanae Mori and carried a golden handbag by German brand Comtesse. pic.twitter.com/lWyJiypwKz— Prisma
(@ImperialJPNfan) January 12, 2020
Tetapi dengan alasan kesehatan, Akihito turun tahta tahun lalu. Ini adalah kasus pertama kaisar turun tahkta. Akihito yang sekarang berusia 86 tahun digantikan putranya Naruhito yang berusia 59 tahun, tetapi masalahnya akan muncul pada generasi berikutnya.
Naruhito hanya memiliki satu anak, Putri Toshi yang berusia 18 tahun, dan rumah tangga kekaisaran tidak menerima suksesi perempuan. Jadi adik laki-laki Naruhito, Fumihito, dinobatkan sebagai Putra Mahkota Akishino.
Tidak ada tekanan politik di Jepang bagi keluarga kekaisaran untuk berubah dan tidak ada kemungkinan untuk menjadi republik.

Spanyol
Abad ke-20 adalah masa panas terik bagi keluarga kerajaan Spanyol. Pada 1931 Raja Alfonso XIII dipaksa turun tahta ketika pemerintah sayap kiri mendeklarasikan sebuah negara republik.
Lima tahun kemudian Perang Saudara Spanyol pecah dan setelah mengalahkan republiken Jenderal Francisco Franco dinyatakan sebagai Caudillo (Pemimpin) dan menjalankan kediktatoran fasis sampai kematiannya pada tahun 1975.
Di ranjang kematiannya Franco setuju untuk mengizinkan keluarga kerajaan Spanyol kembali dari pengasingan dan Raja Juan Carlos menjadi raja.
Juan Carlos memainkan peran penting sebagai perekat yang menjaga Spanyol agar tidak terpecah-pecah lagi selama akhir 1970-an dan pada 1981 intervensinya sangat penting, ketika ia mencela upaya kudeta yang segera runtuh.
Juan Carlos turun tahta pada tahun 2014 dan digantikan oleh putranya, Felipe VI, tetapi keluarga kerajaan Spanyol telah dilanda dengan tuduhan korupsi.
Pemberontakan di Catalonia juga enggan mengakui kerajaan dan pada bulan November lebih dari 2.000 nasionalis Catalan berdemonstrasi di Barcelona selama kunjungan kerajaan dan meneriakkan: “Catalonia tidak memiliki raja!”
Thailand
Secara tradisional tidak ada keluarga kerajaan yang lebih dihormati daripada monarki Thailand dan ada aturan lèse-majesté di Thailand yang melarang kritik atau gossip terhadap raja dan keluarga bangsawan.
Raja Bhumibol wafat pada 2016 dalam 88 tahun dan digantikan Pangeran Mahkota Vajiralongkorn yang dikenal memiliki karakter controversial. Sosok ini dikenal playboy dan suka hura-hura hingga tidak disukai oleh banyak orang, termasuk keluarga kerajaan Thailand.
Thailand secara rutin memblokir artikel berita dari Eropa dan Amerika Utara yang membahas kehidupan cinta aneh Vajiralongkorn.
Sekarang secara resmi dikenal sebagai Raja Rama X dan telah memiliki empat istri – tiga di antaranya telah bercerai. Dia mengangkat Suthida, 41, sebagai ratu namun juga menjadikan Sineenat Wongvajirapakdi yang berusia 34 tahun sebagai selir.
Namun dua bulan kemudian Sineenat Wongvajirapakdi dicopot dari jabatannya karena dinilai berkelakuan buruk dan ketidaksetiaan terhadap raja.
Pengumuman resmi dalam lembaran pengadilan kerajaan mengatakan dia “ambisius” dan “tidak sopan” dan telah berusaha “mengangkat dirinya sejajar dengan sang ratu.”

Swedia
Keluarga kerajaan Swedia telah berusaha untuk bergerak dengan waktu dan mencoba untuk mengatasi kontroversi dan kritik dengan perampingan.
Pada bulan Oktober 2019 Raja Gustaf XVI memindahkan lima cucunya dari lingkungan kerajaan, yang berarti mereka tidak lagi disebut “Yang Mulia” atau diharapkan untuk melakukan tugas resmi.
Pangeran Alexander, Pangeran Gabriel, Puteri Leonore, Pangeran Nicolas dan Puteri Adrienne akan mempertahankan gelar masing-masing sebagai Dukes atau Duchesses di Södermanland, Dalarna, Gotland, Ångermanland, dan Blekinge. Dukes atau Duchesses ini sejajar dengan adipati dalam istilah kerajaan di Indonesia.

Denmark
House of Glücksburg dipimpin oleh Ratu Margrethe II yang berusia 79 tahun. Kakeknya Raja Christian X tetap menjadi raja selama pendudukan Jerman dalam Perang Dunia II dan dipuji karena memimpin “perlawanan mental” kepada Nazi.
Margrethe adalah seorang raja konstitusional yang tidak terlibat dalam politik tetapi pada tahun 2016 dia melangkahi garis ketika diwawancarai oleh jurnalis Thomas Larsen untuk bukunya, The Deepest Roots.
Dia mengomentari debat imigrasi dengan berkata: “Bukan hukum alam bahwa seseorang menjadi orang Denmark dengan tinggal di Denmark. Itu belum tentu terjadi. ”
“Mereka yang datang dari Asia Tenggara umumnya makmur. Yang lain lebih sulit beradaptasi. Mereka mengalami kesulitan menemukan ritme mereka di Denmark,” katanya dalam komentar yang dianggap kritis terhadap migran Muslim.

Belgia
Monarki Belgia berusaha tidak menonjolkan diri di negara yang terbagi antara Flemish yang berbahasa Belanda dan Walloon yang berbahasa Prancis.
Raja Philippe menjadi kepala negara pada 2013 ketika ayahnya, Raja Albert II turun tahta karena usia lanjut. Dididik di Oxford dan Stanford, ia memiliki gelar dalam ilmu politik tetapi tahu bagaimana menjaga hidungnya dari politik Belgia.
Mungkin raja-raja Belgia yang paling terkenal adalah Leopold II, yang mengawasi kekejaman mengerikan di Kongo pada abad ke-19 ketika ia menjalankannya sebagai wilayah kekuasaan pribadinya.
Pada tahun 2018 salah satu bekas istana Leopold di dekat Brussels dibuka kembali ketika Museum Afrika dan Direktur Jenderalnya, Guido Gryssels, mengatakan: “Raja Leopold sangat brutal bahkan pada masa-masa itu.”

Belanda
Keluarga kerajaan Belanda telah berhasil menghindari kontroversi dalam beberapa tahun terakhir, meskipun pada tahun 2012 sebuah studi oleh Herman Matthijs, profesor ilmu administrasi dan keuangan publik di Universitas Ghent, menemukan House of Oranje-Nassau menghabiskan biaya 31 juta Euro atau sekitar Rp474 triliun setiap tahu
Raja Willem-Alexander dan Ratu Máxima akan melakukan kunjungan kenegaraan di Indonesia pada bulan Maret. Ini adalah kunjungan bersejarah mengingat Indonesia adalah bekas koloni kerajaan Belanda.

Swaziland
Ada sangat sedikit monarki di Afrika tetapi dan Swaziland adalah salah satunya. Sang raja memiliki kekuatan penuh. Pada tahun 2018 raja Mswati III, memutuskan untuk mengubah nama negara menjadi eSwatini.
Mswati mengatakan nama baru – yang berarti “tanah Swazis” – akan menghindari kebingungan dengan Swiss dalam lingkaran diplomatik.
Raja Mswati mempraktikkan poligami dan memiliki 15 istri. Jumlah ini tidak sebanding dengan ayahnya, Sobhuza II yang yang memiliki 125 istri. Uang rakyat yang digunakan untuk membiayai kerajaan menacapai 31 juta Euro atau sekitar Rp474 triliun setiap tahun.