Site icon

Tornado Jerman Benar-Benar Kritis, Kemampuan Nuklir NATO Tergganggu

Tornado Jerman

Kesiapan armada Tornado Jerman kritis. Padahal jet tempur ini menjadi elemen penting dalam perjanjian nuklir NATO. Tornado menjadi satu-satunya platform Jerman yang mampu membawa senjata nuklir Amerika yang disimpan di negara tersebut.

Seorang pilot Jerman mengungkapkan kepada penyiar Deutsche Welle bahwa kondisi di Büchel Air Base, tempat bom atom Amerika disimpan di bawah perjanjian pembagian nuklir,  pada November 2019 lalu hanya 12 pesawat Tornado dari 45 jet yang beroperasi. Saat ini jumlah itu terus turun dan hanya segelintir pesawat yang bisa digunakan.

Masalah pemeliharaan dan penggantian pesawat di masa depan telah lama menjadi sumber keprihatinan. Pesawat Jerman lain tidak mampu memenuhi tugas membawa bom nuklir Amerika jika terjadi krisis.

Deutsche Welle mengutip pernyataan seorang anggota parlemen yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa setiap tahun, peningkatan biaya jet, yang mendekati akhir masa operasi mereka, “sangat tinggi”.

Menurut dokumen Kementerian Pertahanan yang diperoleh DW, pada 2018 , pemeliharaan, pengadaan, dan pengembangan pesawat memakan biaya sekitar US$ 562 juta. Angka ini diperkirakan akan tumbuh hingga US$ 700 juta tahun ini.

Beberapa tahun lalu Jerman masih bisa mengkanibal jet tempur yang sudah dipensiun untuk mempertahankan armada, tetapi sekarang, mereka kehabisan pesawat yang bisa dipreteli suku cadangnya.

Mereka harus memproduksi suku cadang untuk 85 pesawat yang tersisa atau mengambilnya dari pesawat terbang lain yang sedang dirawat. Hal ini menyebabkan biaya meroket atau penundaan sebelum tornado dapat kembali ke langit.

Kondisi ini enyebabkan masalah bagi pilot, yang berjuang untuk memenuhi jam penerbangan yang diperlukan untuk mempertahankan lisensi mereka. Disebut juga jumlah jet layak yang terbang untuk perjanjian pembagian nuklir sangat minim.

 

Kepala Pemeliharaan, Perbaikan, dan Perbaikan Tornado di Airbus Defense and Space Germany, Katharina Semmler-Schuler, mengatakan kepada outlet bahwa suku cadang adalah masalah. Menurutnya dia harus memperpanjang masa pemeliharaan Tornado hingga 20 hari. “Dan semakin sulit,” katanya.

Pemerintah dan politisi oposisi yang tidak disebutkan namanya, serta anggota Angkatan Udara Jerman, yang dikonfirmasi DW, setuju bahwa mengatasi kebutuhan untuk mengganti Tornado tidak dapat menunggu, karena kemampuan operasional mereka hanya hingga 2025.

Memperluas armada Tornado selama lima tahun lebih bisa menelan biaya 13 miliar Euro. Pada saat yang sama, jika kesepakatan untuk mendapatkan pengganti, yang bisa berjumlah 10 miliar Euro, bisa diputuskan Jerman masih harus menunggu beberapa tahun sebelum angkatan udaranya menerima pesawat.

“Kami hanya ingin pesawat yang melakukan tugasnya. Waktu hampir habis,” kata seorang pilot Tornado, yang identitasnya tidak diungkapkan, kepada DW.

Angkatan Bersenjata Jerman telah lama mencari pengganti Tornado yang mulai beroperasi dengan pada tahun 1983, tetapi belum ada keputusan yang dibuat.

Meskipun Berlin sebelumnya telah mempertimbangkan untuk membeli pesawat tempur siluman Lockheed Martin F-35, rencana itu dibatalkan pada tahun 2019. Berlin dilaporkan memutuskan untuk memilih antara yang F / A-18 atau Eurofighters Typhoon.

Exit mobile version