Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah mengerahkan sedikitnya 600 tentara, dan dua korvet perang anti-kapal selam ke di Pulau Natuna di Laut China Selatan.
Kapal perang tambahan adalah korvet KRI Kapitan Pattimura, KRI Teuku Umar (385) dan KRI Tjiptadi (381), sementara pasukan termasuk personel dari korps marinir, formasi pertahanan udara, dan tentara dari Batalyon Komposit 1 Angkatan Darat Indonesia.
Penyebaran ini adalah yang terbesar yang pernah dilakukan oleh TNI baik dalam hal jumlah personiel dan tonase peralatan dalam gugusan Kepulauan Natuna.
Langkah ini sebagai tanggapan terhadap apa yang dilihat Jakarta sebagai meningkatnya kapal China yang masuk ke zona ekonomi eksklusif (ZEE) di wilayah tersebut.
Selain penyebaran kapal perang dan pasukan, Angkatan Udara Indonesia juga telah melakukan overflight dengan pesawat patroli maritim Boeing 737 dari Skadron Penerbangan 5 di atas gugusan Kepulauan Natuna sejak 5 Januari. Penerbangan pengawasan sedang berlangsung, dan dioperasikan dari Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin di Sulawesi Selatan.
“Operasi penangkapan ikan ilegal, yang disertai oleh kapal penjaga pantai asing, merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan wilayah Indonesia,” demikian bunyi pernyataan TNI 6 Januari 2020 dan dikutip Jane.
