Mayor Jenderal Qasem Soleimani yang terbunuh dalam serangan udara Amerika 3 Januari 2020 memang telah lama menjadi sosok yang diwaspadai Amerika dan Barat. Bahkan pada 2007, sosok tersebut sudah ada di garis bidik pasukan khusus Inggris.
Menurut laporan media, mengutip sejumlah sumber, pasukan khusus Inggris berada dalam mode siaga untuk membunuh Soleimani setelah ia diidentifikasi sebagai dalang kampanye melawan pasukan Inggris di kota Basra, sebuah kota pelabuhan selatan Irak.
Sumber mengatakan bahwa SAS telah menempatkannya di garis bidik namun kemudiaan dibatalkan oleh David Milband, yang saat ini menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Inggris.
“Menteri Luar Negeri mengatakan bahwa dia ingin berbicara dengan Iran, bukan membunuh mereka. Kami sudah memiliki Soleimani di garis bidik kami, tetapi kami harus membatalkan operasi karena kepekaan di London tentang melakukan jenis operasi ini,”, ata sumber tersebut, dikutip oleh The Telegraph.
Miliband, yang sekarang mengepalai Komite Penyelamatan Internasional (IRC), mengatakan kepada media yang berbasis di Inggris laporan tersebut tidak sesuai dengan ingatannya saya atau orang-orang senior yang bekerja dengannya.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dilaporkan tidak diberi peringatan sebelumnya tentang serangan udara Amerika hari Jumat yang menewaskan Soleimani dan beberapa anggota senior dari milisi Irak.
Sebelumnya juga dilaporkan setelah Soleimani terbunuh Inggris dalam posisi siaga tempur. Sebuah kapal selam nuklir milik mereka telah ada di sebuah tempat di Laut Mediterania dan siap jika sewaktu-waktu diperintahkan untuk menembakkan rudal untuk menyerang Iran.
Inggris juga telah mengerahkan sedikitnya 50 personel dari pasukan khusus SAS dan SBS ke Irak untuk kemungkinan dilakukan evakuasi jika terjadi pertempuran.