Jerman menyalahkan Airbus karena ketersediaan helikopter yang rendah, tetapi itu adalah contoh terbaru dari kesengsaraan kesiapan umum yang terus berlanjut di negara itu.
Hanya 15 persen dari helikopter serang Tiger dan sekitar 12 persen helikopter transportasi NH90 milik Jerman yang mampu misi pada November 2019. Angkatan Bersenjata Jerman, atau Bundeswehr, menyalahkan Airbus, yang menyediakan layanan pemeliharaan untuk kedua jenis helikopter tersebut.
Surat kabar Jerman Bild pertama kali melaporkan tentang rendahnya kesiapan kedua jenis helikopter militer Jerman pada 1 Januari 2020. Sebuah laporan Bundeswehr yang bocor yang diperoleh outlet itu mengatakan bahwa hanya ada delapan dari 53 Tiger dan 12 dari 99 NH90 yang siap untuk digunakan.
Jerman menerima pengiriman Tiger pertamanya pada tahun 2005 dari Eurocopter, yang kemudian berubah nama menjadi Airbus Helicopters pada tahun 2014. Militer Jerman menerima NH90 pertama, yang diproduksi oleh NHIndustries, sebuah konsorsium yang mencakup Airbus, pada tahun 2006.
“Airbus hanya memenuhi sebagian kewajiban kontrak mengenai pemeliharaan,” kata laporan yang bocor tersebut sebagaimana dikutip Bild.
“Kinerja yang tidak lengkap atau tertunda ini merupakan faktor kunci dalam masalah kesiapan,” keluh Bundeswehr.
Tiger Jerman melewati proses fase pemeliharaan setelah 400 jam terbang, sementara personel melakukan pemeriksaan serupa pada NH90 setelah 600 jam.
Bild menyebutkan bahwa kontraktor Airbus bertanggung jawab atas setengah dari pemeriksaan pada armada Tiger dan sekitar 90 persen dari NH90.
Ini bukan pertama kalinya Bundeswehr mengarahkan perhatian pada Airbus karena kesiapan dan masalah lain terkait dengan Tiger dan NH90 milik mereka.
Pada Oktober 2019, militer Jerman menggrounded semua NH90 yang telah diterimanya sebelum 2018 karena kekhawatiran tentang rotor ekor mereka. Sangat mungkin bahwa ini berkontribusi pada masalah kesiapan untuk jenis itu.
Pejabat Jerman juga mengeluh di masa lalu tentang penyimpangan dalam kontrol kualitas dalam produksi NH90, yang mengarah pada pengiriman helikopter dengan kemampuan operasional yang sangat terbatas.
Pada tahun 2017, sebuah Tiger yang ditugaskan ke kontingen Jerman di Mali Afrika juga jatuh, menewaskan pilot dan co-pilot, ketika rotor utamanya jatuh di udara.
Investigasi yang berakhir pada tahun berikutnya menemukan bahwa kontraktor pemeliharaan Airbus telah memperbaiki helikopter secara tidak benar sebelum kecelakaan.