Site icon

Militer Jerman di Irak Dilarang Keluar dari Pangkalan

Pasukan Jerman di Irak

Angkatan Bersenjata Jerman, Bundeswehr, telah membatasi gerakan darat dan udara dari pasukannya yang ditempatkan di Irak karena alasan keamanan.

Larangan ini dikeluarkan setelah pembunuhan Mayor  Jenderal Iran Qasem Soleimani, yang memimpin Pasukan Quds, oleh militer Amerika.

Juru bicara untuk komando Kementerian Pertahanan Jerman Christina Routsi mengungkapkan bahwa pasukan Jerman yang dikerahkan sebagai bagian dari koalisi internasional telah dilarang ke luar pangkalan militer.

“Ada perubahan dalam situasi untuk tentara di Taji dan Baghdad, mereka tidak dapat pergi ke luar lokasi militer. Ini adalah perubahan”, katanya.

Sebagaimana Frankfurter Allgemeine Zeitung 3 Januari 2020, saat ini ada 27 tentara Bundeswehr  ditugaskan untuk melatih pasukan Irak di kompleks militer Taji, 30 kilometer di utara ibukota negara itu, Baghdad. Program meliputi pertahanan nuklir, biologi dan kimia, serta logistik dan konstruksi.

Menurut perwakilan Komando Operasi yang berbasis di Potsdam, mereka melanjutkan pekerjaan mereka sesuai rencana. Namun, hanya persiapan untuk latihan berikutnya, yang dijadwalkan untuk pertengahan Januari, sedang berlangsung di Taji ketika pembatasan diumumkan.

Selain itu juga ada lima staf Jerman di markas koalisi anti-ISIS di Baghdad, sementara hampir 90 tentara dikerahkan di Irak utara untuk melatih para pejuang Kurdi. Kontingen Jerman yang memerangi ISIS memiliki 415 staf dan dijalankan dari Yordania.

Sementara itu, Green Party menyerukan penghentian sementara kegiatan Bundeswehr di Irak setelah serangan itu. Juru bicara kebijakannya di Bundestag, Omid Nouripour, menyatakan bahwa pembunuhan komandan utama Iran di Irak adalah “perubahan cepat ke eskalasi militer besar”. Dia meminta pemerintah Jerman untuk menggunakan semua mekanisme diplomasi krisis.

“Selain itu, misi Bundeswehr di Irak harus segera ditangguhkan sampai jelas bagaimana keamanan tentara kita dapat dijamin,” katanya

Dia mencatat bahwa kabinet membiarkan Bundeswehr tinggal di sana dalam keadaan ini menimbulkan pertanyaan, dengan alasan bahwa efektivitas misi ini tidak dapat lagi terlihat.

Menurut anggota parlemen, kematian Soleimani nya akan ditafsirkan oleh pihak Iran sebagai “kehilangan muka” dan “deklarasi perang oleh Amerika”.

“Militer Iran dan sekutu mereka cukup dekat dengan pasukan Barat di banyak tempat untuk menyakiti mereka,” sang anggota parlemen memperingatkan.Dia menambahkan retorika balas dendam pemimpin tertinggi Iran harus dianggap sangat serius.

Pada saat yang sama, Kementerian Luar Negeri Jerman mengindikasikan bahwa mereka sedang berpikir tentang bagaimana cara mencegak situasi memburuk.

“Kami melakukan kontak dengan mitra Amerika kami, serta dengan mitra Eropa kami. Tentu saja ada pertanyaan tentang seberapa banyak cara untuk mencegah eskalasi lebih lanjut,” kata juru bicara kementerian luar negeri jerman Christofer Burger.

Exit mobile version