Amerika Serikat dilaporkan melakukan serangan rudal terhadap bandara Baghdad baru kemudian meminta penilaian Dewan Keamanan PBB terhadap serangan terhadap Kedutaan Besar Amerika di Irak. Kementerian Luar Negeri Rusia menilai tindakan ini sebagai puncak dari sinisme.
“Ternyata serangan rudal dilakukan dulu, tindakan yang tidak selaras dengan hukum internasional dilakukan. Dan baru kemudian mereka [Amerika] meminta [penilaian peristiwa] yang melibatkan Kedutaan [Amerika]. Ini mungkin puncak dari sinisme, Anda tahu, ” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova kepada TV Rossiya 24 Jumat 3 Januari 2020.
Zakharova mencatat bahwa itu adalah urusan Dewan Keamanan PBB untuk membuat penilaian hukum atas serangan terhadap kedutaan sebuah negara serta menambahkan bahwa Washington tidak meminta pertemuan luar biasa Dewan Keamanan PBB tentang masalah ini.
Rusia berpikir bahwa serangan rudal amerika di Baghdad hanya akan meningkatkan ketegangan di kawasan itu, sementara Washington sendiri hanya tertarik untuk mengubah keseimbangan kekuasaan di Timur Tengah.
“Untuk mengutuk serangan terhadap kedutaan mereka, negara-negara pergi ke Dewan Keamanan PBB untuk mengajukan rancangan pernyataan. Washington tidak mengajukan banding ke Dewan Keamanan, yang berarti bahwa mereka tidak tertarik dengan tanggapan dunia [dan hanya] tertarik untuk mengubah keseimbangan kekuatan di wilayah tersebut. ”
“Itu tidak akan menghasilkan apa-apa selain meningkatkan ketegangan di kawasan itu, yang pasti akan mempengaruhi jutaan orang,” tulisnya di halaman Facebook-nya.
Diplomat tersebut mencatat bahwa, selama beberapa tahun terakhir, Amerika telah berulang kali memblokir pernyataan Dewan Keamanan PBB yang mengutuk serangan terhadap kedutaan negara lain. “Ada beberapa contoh,” dia menekankan.
Rusia tidak mengesampingkan serangan di bandara Baghdad amerika akan dibahas oleh Dewan Keamanan PBB. “Tentu saja, saya percaya masalah ini akan dibahas di New York. Saya pikir pekerjaan pada format akan berlangsung,” katanya.
Diplomat yakin bahwa masalah ini akan ditangani oleh organisasi internasional, masing-masing negara dan politisi. “Dan, tentu saja, itu tidak akan memintas PBB,” tambah Zakharova sebagaimana dilaporkan TASS.
Pentagon sebelumnya mengkonfirmasi bahwa serangan rudal di dekat bandara Baghdad menewaskan kepala Pasukan Quds Mayor Jenderal Qasem Soleimani. Operasi itu dilakukan atas arahan Presiden Donald Trump.
Pasukan Quds adalah unit di Garda Revolusi Iran (IRGC) yang secara aktif terlibat dalam konflik militer di Suriah dan Irak. Diyakini bahwa keberhasilan operasi mereka sangat dipengaruhi oleh talenta komandannya Qasem Soleimani. Washington sebelumnya mencap Soleimani sebagai teroris.