Arab Saudi menandatangani kesepakatan dengan pembuat senjata Amerika Raytheon untuk melokalisasi pemeliharaan sistem pertahanan rudal Patriotnya.
Kesepakatan yang ditandatangani Sabtu 27 Desember 2019 tersebut, sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan industri pertahanan Saudi dan ekonominya yang lebih luas.
Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman berencana untuk mendiversifikasi pendapatan kerajaan itu dari ketergantungannya pada ekspor minyak dan ingin Riyadh memproduksi atau merakit setengah dari peralatan pertahanannya secara lokal.
Langkah ini bertujuan untuk menciptakan 40.000 lapangan kerja bagi orang Saudi pada tahun 2030.
Arab Saudi adalah salah satu dari lima pembelanja pertahanan terboros di dunia dan salah satu dari beberapa sekutu Amerika yang menggunakan sistem rudal darat ke udara Patriot yang memberikan pertahanan terhadap rudal balistik dan ancaman lainnya.
Ahmed al-Ohali, Gubernur Otoritas Umum Industri Militer atau General Authority for Military Industries (GAMI) Arab Saudi, sebagaimana dikutip Reuters dari Kantor Berita SPA mengatakan perjanjian dengan Raytheon mencerminkan upaya otoritas untuk mengembangkan industri militer Saudi dan kemampuan penelitian dan teknologi
Dia tidak mengatakan berapa banyak pekerjaan yang akan terlibat, nilai perjanjian, atau lokasi pekerjaan yang dipindahkan atau dilokalkan.
Situs web perusahaan menyebutkan Raytheon Saudi Arabia yang berbasis di Riyadh mendukung program ekonomi Visi 2030 Kerajaan dengan menciptakan lapangan kerja terampil bagi orang Saudi dalam pertahanan, kedirgantaraan dan keamanan dunia maya melalui kemitraan dengan perusahaan sektor swasta Saudi dan universitas lokal.