Site icon

49 Tahun Lalu, F-14 Tomcat Memulai Petualangannya dengan Kegagalan

Penerbangan pertama F-14

Pada 21 Desember 1970, Full Scale Development (FSD) Grumman F-14A Tomcat pertama lepas landas untuk penerbangan perdananya dari pusat pengujian penerbangan Grumman di Calverton, di Long Island.

Kondisi cuaca yang buruk memaksa dua pilot uji  yakni Grumman Robert K. Smyth dan William Miller memutuskan untuk memangkas penerbangan perdananya.

Namun, meski durasi penerbangan pesawat dengan nor 157980 yang singkat (terdiri dari beberapa pola visual dengan sayap melaju ke depan), F-14 telah naik ke udara untuk pertama kalinya. Inilah awal dimulainya petualangan Tomcat yang akhirnya menjadi salah satu jet tempur paling terkena. Tomcat terbang terakhir bersama Amerika pada tahun 2006.

Kemudian F-14 BuNo 157980 lepas landas untuk penerbangan uji kedua pada 30 Desember dengan dua pilot tes bertukar kursi: Miller duduk di kokpit depan dan Smyth di belakang. Penerbangan kedua cukup terkenal dalam kisah Tomcat, saat pesawat jatuh karena kegagalan hidrolik: kecelakaan yang tertangkap kamera pesawat pengejar.

Selama penerbangan sebuah pesawat pengejar mencatat bahwa Tomcat meninggalkan jejak asap. Tak lama kemudian F-14 mengalami kegagalan sistem hidrolik utama yang memaksa Miller untuk segera kembali ke pangkalan.

Saat mereka bersiap untuk mendarat, sistem hidrolik sekunder juga gagal, karena penggunaan botol nitrogen darurat untuk menurunkan roda pendaratan. Setelah gagal, para kru mencoba bergantung pada Combat Survival System yang harus memasok daya ke hanya rudder dan tailerons.

Namun sistem kontrol terbatas terakhir ini juga menunjukkan tanda-tanda kegagalan hingga pilot kehilangan kendali pada pesawat dan dipaksa untuk melontarkan diri. Videonya bisa anda lihat di akhir tulisan ini.

Kerusakan ini disebabkan oleh kegagalan fatik dari kedua saluran hidrolik utama yang menggunakan titanium karena kebetulan resonansi pompa dan konektor yang longgar. Ironisnya sistem hidrolik F-14 diperbaiki dengan mengubah dari saluran hidrolik titanium menjadi hanya menggunakan stainless steel.

Sedihnya, Miller meninggal pada 30 Juni 1972 ketika Tomcatnya menabrak Chesapeake Bay saat persiapan untuk pertunjukan udara dengan FSD F-14 yang kesepuluh (BuNo 157989), sementara Smyth meninggal belum lama ini.

Setelah kegagalan awal tersebut, F-14 akhirnya menjadi salah satu jet tempur paling terkenal milik Amerika. Diterbangkan oleh Angkatan Laut dari kapal induk mereka, Tomcat telah menerjang banyak medan perang dan menjatuhkan lawan-lawannya.

Awalnya dirancang untuk menjaga pembom Rusia agar tidak menyerang kapal induk dengan menggunakan rudal jarak sangat panjang Phoenix,  Tomcat berkembang dengan kemampuan melakukan berbagai misi dari pengontrol udara (airborne), pengintaian, dukungan udara , dan serangan presisi, yang membuatnya menjadi platform yang dipilih untuk terbang di atas Afghanistan dan Irak.

Selama lebih dari 34 tahun terbang bersama Angkatan Laut Amerika F-14 Tomcat berubah dari jet tempur analog ke platform serang presisi digital. Tomcat juga menjadi salah satu pesawat dengan nama besar.

F-14 Tomcat adalah pesawat paling terkenal yang pernah dioperasikan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat. Pesawat desain ramping dengan sayap ayun ini menjadi pesawat generasi terakhir yang dibangun di era Perang Dingin.

Dan tidak ada salahnya, meski sudah sering dibahas, kita mengupas lebih detil lagi tentang F-14. Kita akan  mencoba melacak asal usul F-14 dan bagaimana pesawat ini kemudian berkembang menjadi pesawat ikonik pada masanya.

Pada tahun 1960 Soviet mengembangkan keluarga rudal jelajah jarak jauh yang dapat diluncurkan dari kapal, kapal selam dan pesawat. Rudal ini terbang dengan cepat dan di ketinggian rendah yang membuat mereka ideal untuk menargetkan kapal induk Angkatan Laut AS.

Rudal dalam jumlah besar bisa membanjiri dan menghancurkan pertahanan udara paling canggih saat. Angkatan Laut AS pada saat itu tidak memiliki jet tempur jarak jauh yang bisa membawa beban senjata cukup besar. Platform yang diperlukan untuk terbang menghancurkan sumber ancaman sebelum mereka melesatkan rudal-rudal mereka mengancam kapal induk.

Dalam kondisi ini Angkatan Laut membutuhkan petempur yang bisa diandalkan. Pesawat yang mampu berkeliaran ratusan kilometer dari pangkalan atau kapal indukdan tentu saja membawa senjata besar.

Pada tahun 1962, jet tempur rentang panjang yang ada adalah F-111 milik USAF. Kemudian dimunculkan varian F-111B yang dievaluasi untuk digunakan Angkatan Laut guna memenuhi kebutuhan di atas karena kemampuannya terbang jauh dan membawa senjata banyak. Tetapi pesawat ini terlalu berat karena memiliki bobot lebih dari 85.000 pon.

Berat yang terlalu tinggi untuk menjadi jet tempur angkatan laut. Situasi semakin tidak memungkinkan untuk pengembangan ketika tes penerbangan jet tempur mengalami kecelakaan dan menwaskan beberapa pilot. Rencana untuk mengembangkan F-111B pun dibatalkan dan US Navy melanjutkan langkah lain untuk terus mencari jet tempur yang mereka butuhkan untuk ditemptakan di kapal induk mereka.

Pada tahun 1968, Grumman akhirnya memenangkan tender untuk membangun jet tempur superiotas udara Angkatan Laut generasi berikutnya.

Persyaratan yang diajukan adalah pesawat mampu terbang di atas Mach 2.2, lincah dan mampu melakukan peran sekunder untuk serangan darat dan laut. Pesawat dalam rencana akan membawa rudal udara ke udara jarak jauh AIM-154 Phoenix dengan radar AWG-9.

Exit mobile version