Kapal Induk Baru China akan Membawa Jet Tempur Lebih Sedikit dari Yang Diharapkan
Kapal induk Shandong

Kapal Induk Baru China akan Membawa Jet Tempur Lebih Sedikit dari Yang Diharapkan

Kapal induk baru China, Shandong, akan membawa jet tempur lebih sedikit dari yang diharapkan dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengasah operasinya agar memenuhi standar penyebaran minimum.

Sekitar 30 pilot jet tempur berbasis kapal induk hadir ketika Presiden Xi Jinping menugaskan Shandong di Sanya provinsi Hainan Selasa 17 Desember 2019 lalu.

Jumlah itu memang cukup untuk membangun dua skuadron dengan 24 jet tempur J-15, bukan 36 seperti yang dilaporkan sebelumnya oleh media pemerintah.

“Rasio standar jet tempur berbasis kapal induk dengan pilot adalah 2: 3,” kata pakar angkatan laut yang berbasis di Beijing, Li Jie sebagaimana dilaporkan South China Morning Post 20 Desember 2019.

“Shandong tidak akan memiliki banyak jet tempur karena baru saja memasuki masa commissioning awal.”

CCTV melaporkan pada bulan Agustus bahwa Shandong akan dapat memiliki hingga 36 jet tempur J-15, atau sekitar 50 persen lebih banyak dari kapasitas Liaoning, kapal induk pertama China yang dibeli dari Ukraina dan dibangun ulang.

Tetapi pakar militer yang bermarkas di Beijing, Zhou Chenming mengatakan bahwa meski Shandong memiliki lebih banyak ruang gantungan daripada pendahulunya, tidak mungkin bagi Shandong untuk memiliki sebanyak 36 J-15 di dalamnya. “J-15 cukup besar, dan mustahil bagi kapal induk hanya membawa jet tempur,” kata Zhou.

Angkatan Laut China berencana untuk memiliki armada empat kelompok tempur kapal induk dan telah meningkatkan pelatihan pilot jet pada tahun lalu. Mereka memilih untuk melatih para kadet dari universitas aeronautika angkatan laut daripada menggunakan pilot berpengalaman dari angkatan udara.

Li juga mengatakan bahwa Shandong belum mencapai kemampuan operasional awal (IOC), standar dasar untuk penempatan. “Perlu lebih banyak waktu,” katanya. Sebagai gambaran Liaoning mencapai IOC enam tahun setelah ditugaskan.

J-15

China menghabiskan lebih dari satu dekade mengembangkan J-15, berdasarkan pada prototipe Sukhoi Su-33, desain yang kini berusia lebih dari 30 tahun.

Karena desain loncatan ski jump di Liaoning dan Shandong, waktu lepas landas yang diperlukan untuk J-15 adalah sekitar tiga kali lipat dari yang dilakukan F/A-18 Amerika.

“Ketapel uap pada kapal induk kelas Nimitz Amerika membutuhkan waktu sekitar 45 detik untuk meluncurkan pesawat, tetapi jalur ski jump membutuhkan waktu 1½ hingga 2 menit,” kata Li.

Sumber lain yang dekat dengan Angkatan Laut China mengatakan Liaoning dapat meluncurkan hingga 14 jet tempur J-15 dalam satu uji coba penerbangan, dibandingkan dengan 40 oleh kapal kelas Nimitz.

“Liaoning dan Shandong sejauh ini hanya dapat digunakan untuk tujuan pertahanan, karena kelas Kuznetsov dirancang untuk memiliki sistem rudal yang kuat, daripada meluncurkan jet tempur,” kata sumber itu.

Zhou dan Li mengatakan bahwa secara total Shandong bisa memiliki hingga 48 pesawat, termasuk setidaknya dua lusin J-15 dan selusin helikopter.

“Helikopter memainkan peran penting dalam menyiagakan dan memantau tinggal landas dan pendaratan jet tempur berbasis operator. Mereka juga dibutuhkan untuk menyelamatkan dan misi lain seperti mengangkut pasukan dan peralatan, “kata Zhou.