Sebuah komite dari Prefektur Hiroshima baru-baru ini mengumumkan bahwa dua dari tiga bangunan yang dibangun pada tahun 1913 dan selamat dari serangan bom nuklir Amerika Serikat pada Agustus 1945 akan dihancurkan.
Namun rencana itu mendapat penentangan warga. Sebuah petisi online menentang penghancuran dua bangunan tersebut telah ditandatangani oleh sekitar 15.000 penduduk setempat.
Pemerintah mengatakan bangunan yang dulunya digunakan untuk membuat seragam militer Jepang tersebut, saat ini tidak ada yang menggunakan.
Pemerintah juga memperingatkan menurut inspeksi yang dilakukan dua tahun lalu bangunan tidak akan mampu bertahan dari gempa kuat yang biasa terjadi di wilayah tersebut.
“Tidak ada pilihan bagi kami untuk tidak mengambil tindakan apa pun, karena runtuhnya bangunan bisa melukai warga di lingkungan itu,” kata seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya seperti dikutip oleh AFP.
Sementara untuk memperkuat ketiga bangunan itu akan menelan biaya sekitar US$ 77 juta. Para pejabat kemudian membuat keputusan untuk memperkuat salah satu bangunan dan menghancurkan dua lainnya.
Skenario itu hanya akan menelan biaya antara US$ 13 juta dan US$ 28 juta. Namun, terlepas dari usulan pemerintah, penduduk setempat masih bersikeras bahwa tidak ada bangunan yang boleh dihancurkan.
Menurut para pembuat petisi, kedua bangunan itu, yang terletak sekitar 2 mil dari titik nol ledakan, harus tetap utuh sebagai pengingat akan bahaya yang terkait dengan senjata nuklir. Bersama dengan kota Jepang Nagasaki, Hiroshima adalah satu-satunya kota di mana senjata nuklir pernah digunakan.
Iwao Nakanishi, 89, adalah salah satu yang selamat dari serangan bom atom merupakan bagian dari kelompok lokal yang mendesak untuk pelestarian struktur. Dia berada di salah satu bangunan tersebut pada saat ledakan itu terjadi.
“Mempertimbangkan pentingnya sejarah untuk menceritakan tragedi kepada generasi masa depan, kita tidak dapat menerima penghancuran itu,” katanya kepada surat kabar Jepang Mainichi dan dikutip BBC. “Kami sangat menentangnya,” tambahnya, juga mencatat bahwa bangunan itu dapat digunakan untuk mengadvokasi penghapusan senjata nuklir.
Pada 6 Agustus 1945, bomber B-29 “Enola Gay” Amerika menjatuhkan bom atom 20 kiloton yang disebut sebagai “Little Boy,” dan menghancurkan sebagian besar Hiroshima dan menewaskan sedikitnya 140.000 orang.
Hanya beberapa hari kemudian, pada 9 Agustus 1945, sebuah pembom Amerika yang lain menjatuhkan bom atom 21 kiloton yang dinamakan “Fat Man” di kota pelabuhan Nagasaki, sekitar 185 mil barat daya Hiroshima, menewaskan sekitar 70.000 orang dan menyebabkan ribuan lainnya terluka.
Hanya beberapa hari setelah pemboman, pemerintah Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya, mengakhiri Perang Dunia II.