Jepang Pertimbangkan untuk Membuka Lagi Perakitan F-35 di Dalam Negeri
F-35A Jepang

Jepang Pertimbangkan untuk Membuka Lagi Perakitan F-35 di Dalam Negeri

Pada awal tahun 2019 Jepang memutuskan untuk menghentikan perakitan jet tempur F-35 di dalam negeri, tetapi kini Kementerian Pertahanan negara tersebut mengindikasikan kemungkinan putar balik.

Badan Akuisisi, Teknologi, dan Logistik atau Acquisition, Technology, and Logistics Agency (ATLA) Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan kepada Jane 13 Desember 2019 bahwa mereka sedang mempertimbangkan metode yang terjangkau untuk memproduksi dan pemeliharaan F-35 di Jepang di masa depan.

“Kami terus mencari cara yang lebih murah,” kata juru bicara dari ATLA. Juru bicara itu menambahkan bahwa “belum ada keputusan” yang diambil mengenai masa depan perakitan F-35 Jepang.

Komentar juru bicara ATLA datang tidak lama setelah surat kabar Nikkei Jepang melaporkan bahwa Kementerian Pertahanan ingin melanjutkan perakitan F-35 lokal di Jepang setelah kontraktor Mitsubishi Heavy Industries (MHI) berhasil “memperbaiki” proses perakitannya untuk mengurangi biaya.

Pada Januari 2019 Jepang telah mengkonfirmasi bahwa pihaknya tidak akan menggunakan fasilitas perakitan final dalam negeri untuk jet tempur Lockheed Martin F-35. Negara tersebut memilih membeli pesawat yang diimpor dalam bentuk jadi dari Amerika.

Jepang membangun fasilitas final assembly and checkout (FACO) lokal, sejak 2013 untuk perakitan akhir F-35A yang dipesan sebelumnya. Fasilitas dioperasikan oleh Mitsubishi Heavy Industries seharusnya melakukan pekerjaan produksi hingga tahun 2022 untuk memenuhi F-35A yang dipesan oleh Jepang antara tahun 2015 dan 2018.

Jepang telah berjuang untuk mempertahankan basis industri lokalnya namun mengakui berbagai tantangan seperti biaya tinggi karena volume rendah, produksi campuran tinggi dan kurangnya daya saing internasional.

Jepang membeli 42 F-35A dengan masing-masing pesawat berharga rata-rata US$ 144,2 juta, meskipun biaya per pesawat dalam tren menurun. Sedangkan batch yang dibeli tahun 2018 masing-masing seharga $ 119,7 juta.

Jepang pada Desember lalu memutuskan untuk membeli 42 pesawat STOVL untuk memperkuat kemampuan pertahanan udara negara itu di pulau-pulau selatannya, di mana jumlah pangkalan udara dengan landasan pacu yang panjang terbatas. Jepang juga akan memodifikasi kapal amfibinya untuk bisa menampung jet tempur tersebut.