Iran disebut telah menggunakan kekacauan yang berkelanjutan di Irak untuk membangun gudang rudal balistik jarak pendek tersembunyi di Irak. Sebuah langkah yang menurut intelijen dan pejabat militer Amerika menjadi bagian dari upaya meningkatkan pengaruh di Timur Tengah dan menegaskan kekuatannya.
Sebagaimana dilaporkan New York Times 4 Desember 2019, penumpukan itu terjadi ketika Amerika Serikat juga membangun kembali kehadiran militernya di Timur Tengah untuk menangkal ancaman yang muncul terhadap kepentingan Amerika, termasuk serangan terhadap kapal tanker minyak dan fasilitas yang oleh pejabat intelijen ditudingkan kepada Iran.
Sejak Mei, pemerintahan Trump telah mengirim sekitar 14.000 pasukan tambahan ke wilayah itu, terutama untuk kapal Angkatan Laut dan sistem pertahanan rudal.
Tetapi laporan intelijen tentang tentang penimbunan rudal Iran di Irak adalah tanda terbaru upaya pemerintahan Trump untuk menghalangi Teheran dengan meningkatkan kehadiran militer Amerika di Timur Tengah sebagian besar telah gagal.
“Rudal-rudal itu menjadi ancaman bagi sekutu dan mitra Amerika di kawasan itu, termasuk Israel dan Arab Saudi, dan dapat membahayakan pasukan Amerika,” kata para pejabat intelijen sebagaimana dikutip New York Times.
Para pejabat Iran tidak menanggapi permintaan komentar. Amerika meyakini Teheran terlibat dalam perang bayangan, menyerang negara-negara di Timur Tengah tetapi menyamarkan asal-usul serangan untuk mengurangi kemungkinan memicu respons atau meningkatkan pertempuran, kata pejabat militer dan intelijen.
Gudang senjata rudal di luar perbatasannya memberikan keuntungan bagi pemerintah Iran, militer dan paramiliter dalam setiap perselisihan dengan Amerika Serikat dan sekutu regionalnya. Jika Amerika Serikat atau Israel akan membom Iran, militernya dapat menggunakan rudal yang disembunyikan di Irak untuk menyerang balik Israel atau negara teluk. Keberadaan senjata-senjata itu juga bisa membantu mencegah serangan.
Para pejabat intelijen tidak akan membahas model yang tepat dari rudal balistik yang telah diselundupkan ke Irak. Tetapi rudal jarak pendek memiliki jangkauan lebih dari 600 mil, yang berarti bahwa jika ditembakkan dari pinggiran Baghdad dapat menyerang Yerusalem.
Pejabat intelijen Amerika pertama kali memperingatkan tentang rudal Iran di Irak tahun lalu, dan Israel melancarkan serangan udara yang bertujuan menghancurkan persenjataan yang disembunyikan tersebut. Namun sejak itu, para pejabat Amerika mengatakan ancaman itu semakin meningkat, dengan rudal balistik baru secara diam-diam dipindahkan.
Baik Iran dan Irak telah dicekam dalam beberapa pekan terakhir oleh protes publik yang diwarnai kekerasan. Di Irak, beberapa orang memprotes pengaruh Iran.
“Rakyat Irak tidak ingin dituntun dengan tali oleh orang-orang Iran,” kata anggota Kongres Demokrat Elissa Slotkin dan anggota Komite Layanan Militer Kongres, dalam sebuah wawancara. “Tapi, sayangnya, karena kekacauan dan kebingungan di pemerintah pusat Irak, Iran secara paradoks mengambil keuntungan dari kerusuhan akar rumput.”
Para pejabat mengatakan Iran menggunakan milisi Syiah Irak, banyak di antaranya telah lama disediakan dan dikendalikan, untuk memindahkan dan menyembunyikan rudal. Milisi yang didukung Iran telah secara efektif mengendalikan sejumlah jalan, jembatan dan infrastruktur transportasi di Irak, memudahkan kemampuan Teheran untuk menyelundupkan rudal ke negara itu, kata para pejabat.
“Orang-orang tidak cukup memperhatikan fakta bahwa rudal balistik pada tahun lalu telah ditempatkan di Irak oleh Iran dengan kemampuan untuk memproyeksikan perang di wilayah tersebut,” kata Slotkin, seorang ahli milisi Syiah yang baru-baru ini mengunjungi Baghdad untuk bertemu dengan pejabat Irak dan Amerika.
Slotkin menekan kepada para pemimpin Irak tentang ancaman dari Iran dengan mengatakan kepada mereka bahwa jika Iran meluncurkan rudal dari wilayah Irak, itu bisa mengancam upaya pelatihan Amerika di Irak dan dukungan lain dari Amerika Serikat.