Pemerintahan Donald Trump saat ini sedang mempertimbangkan untuk memperluas kehadiran militer Amerika di Timur Tengah secara signifikan, termasuk lusinan kapal dan perangkat keras militer serta 14.000 tentara tambahan atau sekitar dua kali lipat dari kekuatan yang telah dikirim sebelumnya. Kekuatan ini dipersiapkan untuk melawan Iran.
The Wall Street Journal mengutip pejabat Amerika Rabu 4 Desember 2019 melaporkan Donald Trump diperkirakan akan membuat keputusan tentang penempatan baru pada bulan Desember. Trump dilaporkan yakin perlunya melawan ancaman dari kekuatan Iran.
Namun, menurut laporan media, presiden Amerika itu juga dapat menyetujui kontingen Amerika yang lebih kecil untuk ditempatkan di Timur Tengah.
Para pejabat Amerika mengatakan kepada WSJ bahwa ada ketakutan yang semakin besar di kalangan militer Amerika dan pemerintahan Trump bahwa kemungkinan serangan terhadap kekuatan mereka dapat meninggalkan Washington dengan hanya sedikit pilihan di kawasan itu.
Menyusul penarikan sepihak Amerika dari Joint Comprehensive Plan of Actions (JCPOA), yang juga dikenal sebagai kesepakatan nuklir Iran, pada 2018, dan pemberlakuan kembali sanksi ekonomi yang keras terhadap Teheran, hubungan kedua negara dengan cepat memburuk, memicu ketegangan tambahan di Timur Tengah.
Situasi semakin diperburuk setelah dua kilang minyak utama Saudi diserang oleh drone pada 14 September 2019. Meskipun gerilyawan Houthi mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, Amerika tetap menyalahkan Iran. Teheran telah membantah melakukan kesalahan atau keterlibatan apa pun.
Setelah serangan September, Pentagon memperkuat kehadirannya di Timur Tengah dan memerintahkan pasukan tambahan dikerahkan ke Arab Saudi. Trump berulang kali menuduh, sebagai dalih, bahwa Iran terus mengancam keamanan regional.
Pasukan tambahan akan bergabung dengan sekitar 14.000 tentara Amerika yang telah dikirim ke wilayah itu sejak Mei, ketika analis intelijen Amerika menuduh ancaman dari Iran.
Pengerahan kekuatan baru diharapkan menjadi pencegah dari kemungkinan serangan Teheran sebagai tanggapan meningkatnya sanksi tekanan ekonomi yang sedang dijalankan Washington.