Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuduh Iran sedang membunuh ribuan orang yang melakukan aksi protes. Trump juga mendesak komunitas dunia agar lebih memperhatikan.
Kekacauan di Iran berlangsung sejak pertengahan November, yang dipicu oleh kenaikan harga BBM namun langsung berubah menjadi politik, dengan demonstran menuntut pemecatan pemimpin senior negara tersebut. Aksi itu kemungkinan menjadi protes anti pemerintah terbesar sepanjang sejarah 40 tahun Republik Islam.
“Iran sedang membunuh mungkin ribuan dan ribuan orang saat ini, ketika kita berbicara, itulah mengapa mereka memblokir internet sehingga orang-orang tidak dapat melihat apa yang sedang terjadi,” kata Trump saat menghadiri KTT NATO di London Selasa 2 Desember 2019.
“Bukan hanya jumlah kecil yang buruk, tetapi jumlah besar yang sangat buruk, dan jumlahnya sangat besar. Itu sesuatu yang mengerikan dan dunia harus menyaksikannya.”
Demonstrasi Irak
Amerika Serikat pada Senin juga menyoroti aksi di Irak dengan menyebut kekerasan baru-baru ini di Nassiriya, Irak yang menewaskan sedikitnya 29 orang “mengejutkan sekaligus menjijikan.” Amerika meminta pemerintah Irak menyelidiki dan juga menghukum mereka yang bertanggung jawab atas penggunaan kekuatan berlebihan.
Pasukan keamanan Irak menembaki demonstran yang memblokade jembatan dan kemudian menggelar aksi di depan kantor polisi di kota selatan tersebut, menewaskan sedikitnya 29 orang. Sumber medis dan Kepolisian menyebutkan puluhan orang lainnya terluka.
Pasukan Irak menewaskan lebih dari 400 orang, yang kebanyakan demonstran muda dan tak bersenjata, sejak massa protes aksi pemerintah meletus pada 1 Oktober. Lebih dari belasan anggota pasukan keamanan juga ikut tewas dalam bentrokan tersebut.
“Penggunaan kekuatan berlebihan selama akhir pekan di Nassiriya mengejutkan dan menjijikan,” kata David Schenker, asisten sekretaris negara untuk urusan Timur Dekat, kepada wartawan.
“Kami meminta Pemerintah Irak agar menghormati hak rakyat Irak dan mendesak pemerintah supaya menyelidiki dan meminta pertanggungjawaban mereka yang secara brutal berusaha membungkam demonstran damai,” tambahnya.
Kerusuhan tersebut menjadi tantangan terbesar Irak sejak kelompok ISIS merebut petak-petak wilayah Irak dan Suriah pada 2014.