Biaya membangun armada kapal selam Kelas Attack yang dirancang oleh Angkatan Laut Kerajaan Australia serta untuk mempertahankannya diperkirakan menelan biaya hingga US$ 152,24 miliar atau sekitar Rp2.148 triliun.
Proyek untuk membangun 12 kapal selam ini sebelumnya diperkirakan menelan biaya sekitar US$ 33,83 miliar atau sekitar Rp477 triliun.
Namun di hadapan Senat, kepala program kapal selam Angkatan Laut Australia Rear Admiral Greg Sammut mengungkapkan bahwa biaya membangun kapal akan meningkat menjadi US$ 54,13 miliar atau sekitar Rp764 triliun.
Komponen biaya keseluruhan yang diproyeksikan juga mencakup US$ 98,11 miliar untuk biaya pemeliharaan guna menjaga kapal selam tetap beroperasi hingga 2080. Hingga total dana yang akan dihabiskan dari membangun hingga mempensiun kapal ini akan mencapai US$ 152,24 miliar.
Sebagaimana dilaporkan Naval Technology Senin 2 Desember 2019, biaya pembangunan akan mencakup pembelian peralatan dan sistem untuk kapal selam kelas serangan dan memberikan peningkatan ke dermaga.
Para pejabat mengindikasikan bahwa pembangunan kapal diharapkan akan dimulai pada 2024, berlawanan dengan jadwal yang diusulkan sebelumnya yaitu 2022-2023.
Australia sedang membangun kapal selam masa depan untuk menggantikan kapal kelas Collins milik angkatan laut. Pemerintah memberikan kontrak kepada perusahaan Naval Group Prancis untuk program tersebut. Kapal selam pertama di kelas dijadwalkan siap untuk layanan di tahun 2030-an.
Departemen Pertahanan Australia pada 28 November 2019 mengumumkan bahwa perusahaan lokal Berendsen Fluid Power dan H&H Machine Tools telah dipilih untuk mendukung program kapal selam Kelas Attack.
Berendsen Fluid Power dan H&H Machine Tools akan berfungsi sebagai mitra Australia pertama untuk kontrak desain peralatan utama.
Awal pekan ini, Naval Group memberikan subkontrak kepada Babcock untuk menyediakan weapon discharge system (WDS) untuk kapal selam masa depan.
Meski dibangun Prancis, sistem persenjataan kapal selam akan ditangani raksasa pertahanan Amerika Lockheed Martin yang akan membangun mata, telinga dan pedang perahu”.
Australia telah memilih sistem AN / BYG-1 Amerika bersama dengan torpedo Mark-48 sebagai senjata utamanya. Keputusan resmi memang belum dibuat dan kontraktor pertahanan Raytheon juga dikatakan menjadi pesaing untuk mengintegrasikan sistem yang digunakan untuk mendeteksi, memburu dan melacak target tersebut.