Dua negara Timur Tengah, Qatar dan Kuwait mengatakan mereka akan bergabung dengan koalisi angkatan laut pimpinan Amerika di Teluk, yang dibentuk untuk merespons serentetan serangan tanker minyak.
Koalisi, yang berbasis di Bahrain dan dikenal sebagai International Maritime Security Construct (IMSC), dibentuk setelah serangan awal tahun ini menyoroti risiko gangguan terhadap ekspor minyak Teluk yang dikirim melalui Selat Hormuz.
Amerika menuding Iran menjadi dalang peristiwa tersebut, tuduhan yang ditepis oleh Teheran. “Qatar dan Kuwait telah mengatakan kepada kami bahwa mereka akan bergabung, hanya tinggal masalah waktu saja,” kata Kolonel Amerika John Conklin, kepala staf koalisi.
Conklin mengatakan mereka diharapkan dapat memberikan personel dan kapal patroli. Amerika Serikat sedang terlibat dalam pembicaraan dengan Kanada soal gabung dengan gagasan tersebut, kata Conklin, yang berbicara selama perjalanan ke Timur Tengah dengan Pimpinan Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley. Milley tiba di Arab Saudi pada Senin 25 November 2019.
Sejauh ini koalisi telah menerima sambutan hangat untuk bergabung dari Albania, Australia, Bahrain, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Inggris.
Pada saat bersamaan, Prancis mempelopori misi pimpinan Eropa di luar dari gagasan maritim yang diketuai Amerika, yang sejumlah negara Eropa khawatirkan akan memperparah tensi AS dengan Iran.
“Sepengetahuan saya belum ada yang bergabung dengan koalisi (Prancis) dan mereka sudah berupaya untuk sementara waktu tetapi belum sangat berhasil,” kata Conklin dilaporkan Reuters.