Uni Emirat Arab (UEA) dilaporkan telah melanjutkan pembicaraan dengan Rusia mengenai pembelian jet tempur SU-35 serta upaya pengembangan bersama dari pesawat tempur tempur generasi ke-5 untuk UEA.
Selain itu Angkatan Udara dan Pertahanan Udara Uni Emirat Arab pada 19 November 2019 juga mengumumkan sedang dalam tahap akhir negosiasi dengan Saab untuk tambahan dua pesawat peringatan dini dan kontrol udara (AEW & C) GlobalEye. Selain itu UEA juga menambah tiga pesanan pesawat Airbus A330 MRTT (multi-role tanker transport).
Pengadaan untuk dua pesawat GlobalEye bernilai US$1,018 miliar atau lebih dari Rp14 triliun datang saat Saab bergerak maju dengan program untuk tiga pesawat sesuai pesanan untuk UAE. Dua pesawat pertama dipesan di Dubai Airshow 2015, dengan pemesanan ketiga ditempatkan pada awal 2017.
Negara ini juga sebelumnya dilaporkan menginginkan agar bisa membeli jet tempur siluman F-35 namun sepertinya tidak mendapat respons positif dari Washington. Pertanyaannya, kenapa dalam beberapa tahun terakhir negara kecil ini begitu semangat mengembangkan kekuatan militernya?
Uni Emirat Arab merupakan negara kecil tetapi kaya raya. Negara yang selama ini khas dengan kemewahan tersebut secara pelan namun pasti juga terus melenturkan otot militer mereka dan melakukan ekspansi kekuatan yang merambah ke Afrika dan wilayah Timur Tengah lainnya.
Negara ini menjadi salah satu sekutu utama Washington di wilayah Arab dalam perang melawan ISIS. UEA menampung sekitar 5.000 personel militer, jet tempur dan pesawat tak berawak Amerika. Tidak cukup dengan itu, mereka juga menerjunkan langsung kekuatan mereka. Abu Dhabi menunjukkan dirinya sebagai sebuah negara semakin siap untuk melenturkan otot tubuhnya sendiri di tengah kecurigaannya tentang Iran.
Uni Emirat Arab telah mendaratkan pasukan ekspedisi di Afghanistan dan Yaman. Pangkalan luar negerinya yang baru di benua Afrika menunjukkan negara ini pernah disebut Jim Mattis saat menjadi Menteri Pertahanan Amerika sebagai “Sparta Kecil,” yang memiliki ambisi besar.
UAE, sebuah federasi dari tujuh wilayah, baru menjadi sebuah negara pada tahun 1971 setelah menjadi protektorat Inggris selama beberapa dekade dan beberapa emirat memiliki pasukan keamanan mereka sendiri. Pasukan mereka bergabung menjadi kekuatan militer internasional yang ambil bagian dalam Perang Teluk 1991 pimpinan Amerika Serikat untuk mengusir pasukan Irak yang menduduki Kuwait.
UEA mengirim pasukan ke Kosovo sebagai bagian dari misi penjaga perdamaian pimpinan NATO mulai tahun 1999, memberikan kekuatannya pengalaman berharga yang bekerja di samping sekutu Barat di lapangan.
Setelah serangan 11 September 2001, Abu Dhabi juga mengerahkan pasukan khusus di Afghanistan untuk mendukung perang pimpinan AS melawan Taliban. Personel Emirat di sana juga termasuk mengerjakan proyek infrastruktur di desa-desa dan bertemu dengan tetua setempat.
Saat ini, UEA menjadi tuan rumah pasukan Barat di pangkalan militernya, termasuk tentara Amerika dan Prancis. Pelabuhan Jebel Ali di Dubai berfungsi sebagai pelabuhan terbesar untuk Angkatan Laut Amerika di luar Amerika Serikat.
UEA dalam beberapa tahun terakhir memutuskan untuk menumbuhkan kekuatan militernya karena kekhawatiran tentang kebangkitan Iran di wilayah tersebut setelah kesepakatan nuklir dengan kekuatan dunia dan keterlibatan Teheran dalam perang di Suriah dan Yaman.
Pada tahun 2011, UAE mengakui bekerja sama dengan kontraktor militer swasta, termasuk sebuah perusahaan yang dilaporkan terkait dengan pendiri Blackwater Erik Prince, untuk membangun militernya.
Associated Press juga melaporkan bahwa sejumlah pangeran terlibat dalam program bernilai jutaan dolar untuk melatih pasukan untuk memerangi perompak di Somalia, sebuah program yang dilakukan oleh beberapa negara Arab, termasuk UEA.
“Seperti yang Anda harapkan dari anggota masyarakat internasional yang proaktif, semua kegiatan Angkatan Bersenjata UEA mematuhi undang-undang internasional dan konvensi yang relevan,” ata Jenderal Juma Ali Khalaf al-Hamiri, seorang pejabat militer senior Emirat, dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip kantor berita UEA, WAM.
Media di Kolombia juga melaporkan bahwa warga Kolombia bekerja sebagai tentara bayaran yang bertugas di militer UEA.
Pada tahun 2014, UEA memperkenalkan wajib militer untuk semua laki-laki Emirat berusia antara 18 sampai 30 tahun. Sementara bagi wanita wajib militer sebagai pilihan bukan kewajiban.
“Pesan kami kepada dunia adalah pesan damai, semakin kuat kami, semakin kuat pesan kami,” kata Perdana Menteri UEA Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum beberapa waktu lalu melalui akun Twitter.
Next: Perang Yaman dan Melebarkan Kekuatan ke Afrika
Di Yaman, pasukan UEA bergabung dalam koalisi pimpinan Arab Saudi melawan pemberontak Syiah yang menguasai ibukota negara Arab miskin itu, Sanaa. Wilayah di mana pasukan UEA dikerahkan termasuk Mukalla, ibu kota provinsi Hadramawt, dan kota pelabuhan Aden, di mana pemerintahan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi yang diakui secara internasional berada.
Selain itu, menurut IHS Jane’s Defense Weekly UEA nampaknya sedang membangun landasan terbang di Perim atau Pulau Mayun, sebuah pulau vulkanik di wilayah Yaman yang berada di perairan antara Eritrea dan Djibouti di Selat Bab al-Mandeb yang strategis.
Selat itu, yang pada titik tersempit hanya seluas 16 kilometer itu, menghubungkan Laut Merah dan Terusan Suez dengan Teluk Aden dan akhirnya Samudra Hindia. Puluhan kapal komersial melewati rute ini setiap hari.
Kapal-kapal Emirat dan Arab Saudi beberapa kali diserang oleh pihak yang diduga adalah pemberontak Syiah Yaman yang dikenal sebagai Houthi. Pada bulan Oktober 2016, kapal Angkatan Laut Amerika juga mendapat serangan yang memicu pasukan Amerika untuk menembakkan rudal Tomahawk ke Yaman yang menjadi serangan terbuka pertama mereka ke Yaman.
Pasukan UEA dan organisasi bantuan juga menginjakkan kaki di Pulau Socotra, Yaman, yang berada di dekat mulut Teluk Aden, setelah sebuah topan mematikan menghantam wilayah itu. Ini juga merupakan chokepoint penting dan telah menjadi wilayah yang kerap menjadi daerah operasi perompak Somalia.
UAE telah menderita benyak korban dalam perang di Yaman. Hari paling mematikan terjadi pada serangan rudal September 2015 di sebuah pangkalan yang menewaskan lebih dari 50 tentara Emirat, serta setidaknya 10 tentara dari Arab Saudi dan lima dari Bahrain.
Emirat dilaporkan juga terlibat dalam serangan Yaman pada tanggal 29 Januari yang diperintahkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakibatkan satu personel Navy SEAL AS dan 30 orang Yaman meninggal.
Melebarkan Kekuatan ke Afrika
Di luar Yaman, UEA telah membangun sebuah kehadiran militer di Eritrea. Menurut Stratfor, sebuah perusahaan intelijen swasta berbasis Amerika Serikat, militer UEA menggunakan pelabuhan Assab untuk basis kekuatan mereka.
Gambar satelit menunjukkan konstruksi baru di lapangan terbang yang terhubung dengan perusahaan ke Emirat, serta pembangunan pelabuhan dan penempatan tank dan pesawat terbang, termasuk jet tempur, helikopter dan pesawat tak berawak.
“Dari data yang ada menunjukkan bahwa militer UEA berada di Eritrea lebih dari sekadar misi logistik jangka pendek yang mendukung operasi di Laut Merah,” kata Stratfor.
Di selatan Eritrea, di wilayah Somaliland Somalia yang memisahkan diri dari Somalia, pihak berwenang sepakat pada bulan Februari untuk mengizinkan UEA membuka pangkalan angkatan laut di kota pelabuhan Berbera. Sebelumnya, operator pelabuhan internasional UAE DP World membuat kesepakatan untuk mengelola pelabuhan terbesar Somaliland di dekatnya.
Selanjutnya, UEA juga dicurigai melakukan serangan udara di Libya dan beroperasi di sebuah pangkalan udara kecil di negara Afrika Utara timur, dekat perbatasan Mesir.
Namun Somalia tetap menjadi fokus utama UEA. Emirat juga mengirim pasukan ke negara Tanduk Afrika untuk ambil bagian dalam misi penjaga perdamaian PBB pada 1990-an, sementara unit kontraterorisme elite pada tahun 2011 menyelamatkan sebuah kapal berbendera UEA dari perompak Somalia. Unit ini juga telah ditargetkan dalam serangan baru-baru ini yang dilakukan oleh gerilyawan al-Shabab yang terkait al-Qaeda.
Perluasan militer UEA ke Somalia juga dimungkinkan, karena Trump baru-baru ini menyetujui sebuah militer yang diperluas, termasuk serangan udara yang lebih agresif terhadap al-Shabab di negara Afrika. UEA baru-baru ini memulai sebuah kampanye besar untuk mencari bantuan kemanusiaan di sana.