Meski akhir-akhir ini memiliki hubungan tegang, NATO bagaimanapun mengakui Turki memiliki peran besar dalam aliansi tersebut, terutama dalam perang melawan ISIS di Irak dan Suriah.
Mayjen Dany Fortin, salah satu petinggi NATO mengatakan kepada Kantor Berita Anadolu di markas NATO di Brussels, “Turki adalah sekutu penting dan penyumbang penting dalam misi ini [irak].”
Fortin, seorang jenderal Kanada, mengatakan misi tersebut menawarkan konsultasi dan pelatihan dan bukan tempur.
“Kami berterima kasih atas sumbangan Turki buat markas misi dan instruktur serta penasehat di Sekolah Militer Pemerintah dan Logistik di Taji,” tambah Fortin. Ia merujuk kepada sekolah tempat NATO menyediakan pelatihan.
Misi NATO di Irak didirikan pada Oktober lalu untuk memperkuat pasukan keamanan Irak dalam perang melawan ISIS. Misi itu meliputi beberapa ratus pelatih, penasehat dan staf pendukung.
Hubungan antara Turki dan NATO serta Amerika telah memburuk dalam beberapa waktu terakhir. Situasi semakin buruk ketika Ankara menggelar operasi militer ke Suriah untuk mengusir Kurdi dan ISIS. Sejumlah negara anggota NATO memutuskan untuk menangguhkan penjualan senjata ke Turki.
Sebelumnya hubungan NATO dan Turki juga telah diganggu dengan keputusan Ankara untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia. NATO menyebut senjata itu tidak kompatibel dengan sistem NATO dan dikhawatirkan akan mengancam rahasia jet tempur F-35.