Saat ini jumlah negara yang mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir sama dengan akhir perang dingin sekitar 30 tahun lalu. Namun kini peta tampaknya akan berubah karena sejumlah negara mulai berpikir untuk memiliki platform tersebut.
USS Nautilus, yang lahir pada 1955 telah mengantarkan era baru kapal selam. Bahkan itu adalah pengubah permainan sehingga mengatur ulang perang laut secara umum. Kapal selam bertenaga nuklir pertama di dunia ini terbukti bisa bergerak lebih cepat, tidak perlu muncul selama misi dan bisa berjalan sampai persediaan makanan kru habis.
Angkatan laut negara lain segera mengikuti jejak Amerika. Rusia, Inggris, Prancis dan China membangunnya, dan India bergabung dengan barisan ini pada akhir 1980-an dengan menyewa kapal Rusia.
Saat ini jumlah angkatan laut yang mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir masih sama yakni enam negara. Angkatan Laut Amerika memiliki 70, Rusia 41, China 19 kapal, Inggris 10, Prancis 9, dan India 3 unit.
Pakar kapal selam dan perang bawah laut H I Sutton dalam tulisannya di Forbes Ahad 3 November 2019 menyebutkan selama Perang Dingin sejumlah negara lain sebenarnya juga berusaha untuk memiliki kapal selam nuklir, tetapi menyerah di tengah jalan. Banyak orang tidak tahu bahwa Swedia dan Italia memiliki program kapal selam tenaga nuklir asli pada 1960-an. Tetapi kedua upaya ini tidak membuahkan hasil.
Hari ini situasi mulai berubah. Ada gelombang minat baru sejumlah angkatan laut untuk memiliki kapal selam nuklir. Brasil dan Korea Selatan adalah taruhan teraman siapa yang akan datang berikutnya. Dan beberapa angkatan laut lainnya telah menyuarakan niat, atau layak untuk masuk daftar spekulasi.
Program kapal selam nuklir Brasil memanfaatkan bantuan desain Prancis, tetapi dengan reaktor lokal. Kapal pertama, Álvaro Alberto, mulai dibangun pada tahun 2018 dan diharpakan siap untuk bergabung dengan armada pada tahun 2029.
Program kapal selam nuklir Brasil adalah berita lama, tetapi niat Korea Selatan baru terungkap pada 10 Oktober 2019. Angkatan Laut Korea Selatan belum memperkuat program tersebut dan baru mempertimbangkannya. Seoul memang memiliki kemampuan membangun kapal selam yang dinamis sehingga niat itu bukan hal yang tidak mungkin diwujudkan.
Seperti Turki, sebagian besar didasarkan pada teknologi Jerman. Jadi Korea Selatan memiliki rekam jejak yang terbukti dari proyek-proyek angkatan laut teknologi tinggi yang dalam beberapa hal inovatif. Kapal selam besar buatan pertama mereka, Dosan Ahn Changho, diluncurkan pada September 2018. Ini akan menjadi kapal selam non-nuklir pertama yang memiliki tabung peluncuran vertikal untuk rudal jelajah.
Negara lain yang tidak secara resmi memiliki rencana, namun merupakan taruhan yang masuk akal, adalah Australia. Dapat dikatakan bahwa kapal selam bertenaga nuklir akan lebih mampu menutupi jarak patroli jarak jauh dan untuk mengimbangi Angkatan Laut China yang terus berkembang.
Jika mereka menjalankan niatnya tersebut seperti Brasil, kemungkinan juga akan meminta bantuan Prancis. Meskipun mereka dapat mengimpor reaktor Prancis untuk mempercepat proses. Dan Prancis sudah memiliki reaktor yang akan muat di dalam kapal selam Kelas Attack Australia yang sedang dibangun. Hal ini karena kapal-kapal Australia tersebut sebenarnya adalah desain kapal selam nuklir Prancis, tetapi dengan tenaga konvensional.
Iran adalah negara lain yang harus kita sebutkan. Pada Januari 2018 Teheran memberi tahu pengawas nuklir Amerika, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), bahwa pihaknya bermaksud untuk membangun tenaga nuklir di laut di masa depan.
Iran memang memiliki industri pembuatan kapal selam lokal dan telah meluncurkan serangkaian kapal selam. Tetapi tingkat teknologi yang ditampilkan jauh di belakang banyak negara lain dan sulit untuk meramalkan kapal selam bertenaga nuklir Iran akan datang dalam waktu dekat.
Namun jika kita melihatnya dengan cara lain, teknologi tenaga nuklir yang telah ada selama hampir 70 tahun, dan sampai saat ini tidak ada pemain baru. Jadi mungkin ini hanya masalah waktu klub elite ini akan memiliki anggota baru.