Pada 10 Oktober, sebuah drone quad-rotor kecil mengirimkan paket ke ke sebuah kapal selam Angkatan Laut Amerika Serikat. Inilah untuk pertama kalinya sebuah drone melakukan pasokan ke kapal selam.
Kehormatan itu jatuh ke kapal selam bernama USS Hawaii (SSN 776), salah satu kapal selam serangan cepat Kelas Virginia terbaru dan terjadi hanya satu mil dari Oahu, Hawaii, dalam kemitraan dengan University of Hawaii Applied Research Lab.
Kejadian ini mungkin kedengarannya tidak terlalu mengesankan dan sepele, tetapi sebenarnya langkah kecil ini merupakan pandangan jauh ke masa depan.
Menurut ahli kapal selam dan perang bawah laut H I Sutton kapal selam sangat membutuhkan perlindungan dari dalam, bersembunyi dari pandangan. Ketika muncul ke permukaan deteksi risiko oleh radar musuh dan meniadakan keunggulan fundamental mereka yakni sulit untuk dideteksi karena bersembunyi di kedalaman lautan.
Bukan hal yang aneh bagi kapal selam nuklir untuk menghabiskan beberapa bulan tanpa muncul ke permukaan. Namun ada kalanya kapal selam perlu memulihkan persediaan. “Mereka mungkin memerlukan persediaan medis, suku cadang pengganti, atau apapun,” kata Sutton dalam tulisannya di Forbes Selasa 29 Oktober 2019.
Pandangan inilah yang memicu pemikiran Angkatan Laut Amerika untuk mulai meneliti penggunaan drone. Tes pengiriman pertama ini adalah paket 5 pon yang terdiri dari kartu sirkuit, persediaan medis, dan makanan.
Kendaraan udara tanpa awak (UAV) kecil mungkin memiliki beberapa keunggulan dibandingkan helikopter untuk jenis misi ini. Tentu saja mereka jauh lebih murah, bahkan dengan komunikasi tingkat militer di atas kapal.
Tetapi ada keuntungan lain. Meluncurkan beberapa UAV misi tunggal yang murah membebaskan helikopter yang lebih serbaguna untuk melakukan misi yang lebih kompleks. Dan jika Anda kehilangan UAV kecil, itu bisa menjadi berita buruk secara operasional, tetapi itu tidak akan menjadi berita utama. Dan Anda tidak akan menggunakan sumber daya berharga yang melakukan pencarian dan penyelamatan untuk kru. Singkatnya, UAV masuk akal untuk beberapa misi.
Teknologi drone pengiriman terus mengalami dorongan maju sebagian besar digunakan oleh sipil. Tetapi drone semacam ni memiliki jangkauan yang pendek dan muatan yang terbatas.
Jangkauan mungkin merupakan aspek yang lebih kritis, karena sebagian besar lautan dunia berada di luar jangkauan UAV sipil berbasis darat. Untuk Angkatan Laut, mereka bisa dibawa dengan kapal perang untuk mencapai lebih jauh. Tetapi peningkatan bertahap dalam jangkauan dan otonomi, ditambah komunikasi tingkat militer, akan menutup celah ini.
Saat ini pasokan drone masih melibatkan kapal selam yang memperlihatkan dirinya ke radar. Tetapi mungkin seseorang sudah memikirkan cara untuk melakukan operasi ini dengan lebih bijaksana.
Beberapa manufaktur UAV telah mengembangkan drone murah yang diluncurkan oleh kapal selam untuk pengintaian. Jadi pencampuran UAV dan kapal selam ke depannya pasti akan meningkat.