Dua helikopter seranga Mi-24 buatan Uni Soviet bernasib tragis dengan berakhir di tempat pembuangan sampah di Darwin Australia. Bahkan helikopter itu disebut sebagai limbah beracun hingga harus dikubur.
“Beberapa tahun lalu, kami menerima beberapa kontainer yang harus dikubur,” kata Nik Kleine, Manajer Pengolahan Limbah Darwin.
Kontainer itu tiba dari pangkalan Angkatan Udara Australia di Tindal, dekat Katherine. “Kami diberitahu bahwa ada pesawat di kontainer itu,” kata Kleine.
Kementerian Pertahanan Australia mengkonfirmasi helikopter buatan Rusia yang dikirim ke tempat pembuangan sampah tersebut. Pesawat dikubur sebagai limbah berbahaya pada tahun 2016. Namun kepastian tentang nasib pesawat tersebut baru terungkap akhir-akhir ini.
Helikopter Mi-24 Hind telah menjadi bagian dari kisah yang dikenal sebagai Sandline Affair, yang menjadi berita utama internasional pada akhir 1990-an. “Kurasa itu hanya menambah kemasyhuran di situs itu,” kata Kleine sebagaimana dilaporkan ABC Selasa 29 Oktober 2019.
Australia secara kontroversial menyita dua helikopter tersebut pada Maret 1997 ketika sebuah kargo yang mengangkut peralatan militer ke Papua Nugini dialihkan ke Top End.
Helikopter serang tersebut adalah bagian dari kesepakatan senilai US$ 34 juta (sekarang setara US$ 49,89 juta) yang ditandatangani pemerintah Papua Nugini dengan perusahaan militer swasta Sandline International yang berbasis di Inggris.
Helikopter, bersama dengan beberapa lusin tentara bayaran, direncanakan akan dikerahkan di Bougainville sebagai upaya untuk memadamkan gerakan separatis di pulau itu.
Tapi rencana itu tidak pernah terjadi. Tentara bayaran diusir dari Papua Nugini, Perdana Menteri Julius Chan terpaksa mengundurkan diri, dan pesawat kargo tidak pernah sampai ke tujuannya.
Sebaliknya helikopter itu berakhir di pangkalan RAAF Tindal, di mana rincian tentang kargo awalnya dirahasiakan dari publik.
Perselisihan kepemilikan antara pemerintah Papua Nugini dan Sandline International berlangsung lebih dari satu dekade membuat pemerintah Australia tidak punya banyak pilihan selain terus menahan helikopter tersebut.
Setelah masalah terselesaikan, Mi-24 Hinds akhirnya dijadwalkan akan meninggalkan pangkalan RAAF Tindal. Tidak dikirim ke Inggris atau Papua Nugini, tetapi rencananya akan ditempatkan di di Museum Penerbangan Darwin atau Darwin Aviation Museum pada tahun 2011.
Tony Simons, presiden NT Aviation Historical Society, mengatakan rencana itu sebagai hal yang menarik. “Di mana lagi di Australia bisa melihat dua helikopter serang Rusia yang terkenal dari dekat,” kata Simons.
Tetapi rencana itu dibatalkan dengan cepat setelah ada kesimpulan menempatkan pesawat era Soviet di depan umum tidak mungkin dilakukan. Masalahnya helikopter itu mengandung bahan yang membahayakan kesehatan manusia.
“Banyak pesawat Rusia memiliki asbes di seluruh bangunannya, dan itulah yang terjadi dengan helikopter ini,” kata Simons.
Berakhir di Tempat Sampah
Pada 2016 atau hampir dua dekade setelah Sandline Affair, helikopter dihapus dari Pangkalan Tindal. “Dua helikopter Mi-24 disimpan di Pangkalan RAAF Tindal antara Maret 1997 dan Juli 2016 sambil menunggu status peralatan dan keputusan selanjutnya terkait dengan metode pembuangan yang paling efektif,” kata Kementerian Pertahanan dalam sebuah pernyataan.
Sebuah penilaian teknis dilakukan untuk memastikan bahwa setiap bahan berbahaya telah dihapus. “Helikopter kemudian dibuang di situs tempat pembuangan akhir sampah Teluk Shoal di Darwin pada Juli 2016.”
Meski tempat pembuangan helikopter ke tempat pembuangan limbah Darwin menandai babak terakhir dari kisah helikopter, masalah-masalah yang membawa mereka ke Australia belum sepenuhnya terselesaikan. Tapi itu bisa berubah bulan depan, ketika 300.000 orang Bougainville mulai memberikan suara mereka dalam referendum kemerdekaan