Bomber B-52 Amerika Lakukan Simulasi Pembomban di Dekat Kaliningrad Rusia

Bomber B-52 Amerika Lakukan Simulasi Pembomban di Dekat Kaliningrad Rusia

Sebuah pembom strategis B-52H Stratofortress Amerika Serikat melakukan simulasi pemboman di wilayah dekat pangkalan Armada Baltik Rusia di Kaliningrad.

Menurut PlaneRadar, mengutip data pelacakan pada Kamis 24 Oktober 2019  pada pukul 15:40 waktu Moskow, B-52H nomor ekor 61-0025 dengan call sign # BRIG01, lepas landas dari pangkalan udara RAF Fairford dan melakukan simulasi pemboman pangkalan Armada Baltik.

Data penerbangan menunjukkan pembom terbang melalui Laut Baltik, membelok kea rah tenggara menuju Lithuania, dan mendekat dalam jarak sekitar 45 km dari eksklave Rusia ke timur, di atas kota Marijampole di Lithuania.

Ini adalah kedua kalinya dalam beberapa hari terakhir pembom Amerika mendekati perbatasan Rusia dan melakukan simulasi pemboman.

Kementerian Pertahanan Rusia mengungkapkan pada 19 Oktober 2019 Pasukan Pertahanan Aerospace Rusia menerbangkan jet tempur Su-27 dari sebuah pangkalan di Crimea untuk mengawal B-52H yang mendekati perbatasan Rusia di Laut Hitam. Jet tempur membayangi bomber pada jarak 70 km sebelum kembali ke pangkalan.

Angkatan Udara Amerika mengerahkan empat B-52 dan sekitar 350 penerbang di RAF Fairford yang berjarak 8.650 km dari Kaliningrad Rusia. Bomber yang biasanya berbasis di Pangkalan Angkatan Udara Barksdale di Louisiana itu dikerahkan awal Oktober 2019 ini.

Amerika dan sekutu NATO secara teratur mengirim pembom, pesawat pengintai dan drone ke timur perbatasan Rusia di Baltik dan Laut Hitam, dan dekat pangkalan udara Rusia di Suriah. Pada tahun 2018, pasukan pertahanan udara Rusia melaporkan melacak hampir 3.000 pesawat militer asing.

Selain penerbangan, NATO telah secara substansial meningkatkan jejak militernya di dekat perbatasan Rusia sejak krisis Ukraina 2014, melakukan latihan di wilayah tersebut dan meningkatkan jumlah pasukan asing yang dikerahkan secara permanen di negara-negara Baltik, Polandia dan Rumania.

Moskow dan sekutu-sekutunya telah berulang kali menyatakan keprihatinan tentang penumpukan kekuatan NATO, dengan memperingatkan bahwa insiden semacam itu meningkatkan risiko eskalasi menjadi konflik militer besar-besaran.