Mengapa Menteri Pertahanan Rusia Tak Begitu Setuju Pembangunan Kapal Induk?
Admiral Kuznetsov

Mengapa Menteri Pertahanan Rusia Tak Begitu Setuju Pembangunan Kapal Induk?

Kementerian Pertahanan dan Angkatan Laut Rusia saat ini sedang mempertimbangkan investasi masa depan dalam kemampuan penerbangan angkatan laut negara itu, termasuk membangun sebuah kapal induk berat untuk menggantikan satu-satunya kapal induk mereka Admiral Kuznetsov.

Selain itu Angkatan Laut Rusia juga ingin membangun kapal induk ringan dalam peran pelengkap. Kapal induk ringan ini akan menggantikan dua yang seharusnya didapat dari Prancis pada 2014 dengan dua atau tiga lainnya yang akan diproduksi bersama dengan DCNS Prancis.  Tetapi dua kapal yang telah dibangun Prancis batal dikirim setelah ada krisis Ukraina.

Dua dari empat kapal induk ringan pertama yang akan dibangun Rusia dilaporkan akan mulai dibuat di galangan kapal di Crimea pada tahun 2020. Keduanya akan memiliki bobot 20.000 ton. Sedangkan dua kapal lagi dengan bobot sekitar 35.000 ton akan mulai dibangun sekitar akhir tahun 2020-an.

Untuk kelas yang lebih berat, pilihan yang ada adalah kapal induk bertenaga nuklir dengan bobot setidaknya 80.000 ton atau kapal bertenaga konvensional dengan bobot sekitar 70.000 ton. Keduanya akan akan mengintegrasikan sistem peluncur katapel elektromagnetik.

Pesawat tempur yang mampu mendarat vertikal dengan teknologi yang diambil dari jet Yak-141 Soviet sedang dikembangkan untuk kapal induk ringan. Sementara untuk kapal induk bereat varian berbasis kapal induk dari Su-57 telah diusulkan.

Jika berjalan sesuai keinginan, Rusia akan menurunkan lima armada kapal induk. Sebuah program yang sangat ambisius dan pasti akan membutuhkan investasi yang besar. Tidak semua mendukung rencana itu.

Military Watch Magazine dalam tulisannya Sabtu 19 Oktober 2019 menyebut Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu bahkan mengkritik investasi dalam kapal induk karena biayanya yang tinggi dan sifatnya sebagai aset yang berorientasi pada proyeksi kekuatan ofensif.

“Amerika menghabiskan banyak uang untuk kontraktor militer swasta guna pembangunan kapal induk. Nah, apakah Rusia benar-benar membutuhkan lima hingga sepuluh kelompok tempur kapal induk, mengingat kami tidak berniat menyerang siapa pun? Kita membutuhkan cara yang bisa kita gunakan untuk melawan kelompok tempur kapal induk musuh jika negara kita diserang. Mereka jauh lebih murah dan lebih efisien,” kata Shoigu sekitar September 2019 lalu.

”Angkatan Laut Rusia dalam beberapa tahun terakhir telah mengembangkan cara yang sangat hemat biaya untuk mengancam kapal induk Amerika dan Barat lainnya, termasuk rudal jelajah hipersonik Zicron yang dapat digunakan dari frigat berkapasitas 5.400 ton dan bahkan mungkin korvet yang ringan dan bisa melawan kapal induk serta pengawalannya dari jarak 1000 km.

Aset lain dari rudal balistik hipersonik Kh-47M2 hingga rudal jelajah jarak jauh Kalibr yang lebih murah dan lebih ringan. Hal inilah yang membuat Shoigu menilai  kapal induk bukan merupakan aset yang murah dan  sangat rentan untuk dinetralkan oleh sistem rudal anti-kapal modern yang jauh lebih murah dibandingkan harga kapal induk.

Meski demikian kapal induk memiliki peran lain yang tetap besar, mulai dari mengendalikan jalur pelayaran air biru hingga memberlakukan blokade pengiriman kapal musuh di lokasi strategis yang jauh dari wilayah salah satu negara  seperti Selat Malaka atau Terusan Suez.

Memproyeksikan kekuatan ke dunia ketiga juga tetap penting untuk mempertahankan sistem aliansi dan menghindari isolasi, dari kunjungan ke pelabuhan hingga memberikan dukungan serangan seperti ketika Admiral Kuznetsov melakukan di Suriah pada 2016

Pada akhirnya pertanyaannya bukan apakah Rusia akan melanjutkan untuk mengembangkan kapal induk baru atau tidak, tetapi berapa banyak yang akan dibangun dalam dekade mendatang.