Safran yang membuat mesin dan sistem elektronik untuk jet tempur Rafale Prancis menawarkan kepada India untuk mengembangkan mesin pesawat yang akan digunakan Advanced Medium Combat Aircraft (AMCA) – pesawat tempur generasi kelima yang ingin dibangun India.
Pembuat mesin jet tersbeut menawarkan proposal beberapa hari setelah Angkatan Udara India mundur dari program pesawat tempur generasi kelima atau fifth generation fighter aircraft (FGFA) dengan Rusia.
Selama presentasi di hadapan Menteri Pertahanan India Rajnath Singh, perusahaan mengatakan siap untuk mentransfer teknologi terbaru untuk program AMCA.
“Safran, didukung oleh pemerintah Prancis, adalah satu-satunya perusahaan di dunia yang mengusulkan transfer lengkap Know-how and Know-why yang memungkinkan India untuk sepenuhnya otonom di masa depan,” kata perusahaan dalam presentasinya. Dia menambahkan bahwa India adalah satu-satunya negara di dunia yang telah mengajukan transfer semacam itu.
Presentasi juga mengusulkan untuk mengembangkan dan memproduksi mesin sepenuhnya di bawah inisiatif “Made in India” yang akan disesuaikan dengan kebutuhan pesawat.
Menteri Pertahanan Rajnath Singh dalam tur fasilitas pabrik Safran diberi presentasi kemampuan desain mesin aero militer.
Penawaran serupa diajukan sebagai bagian dari kesepakatan jet tempur Rafale senilai US$ 8,7 miliar, dan Safran juga membuat mesin dan elektronik untuk Rafale.
Visited the Engine Manufacturing Facility of Safran at Villaroche near Paris today.
Safaran is known for its engine making capabilities. They have also developed the engine for Rafale. pic.twitter.com/pqaZ9NySJR
— Rajnath Singh (@rajnathsingh) October 9, 2019
Pada 4 Oktober, Kepala Angkatan Udara India Marshal Rakesh Kumar Singh Bhadauria mendukung jet tempur generasi kelima yang dibangun di rumah dan mengatakan sepenuhnya mendukung proyek AMCA.
“Tidak ada rencana untuk mengimpor jet generasi kelima. Proyek AMCA harus teruskan. Kami telah memberikan dukungan penuh untuk itu. Program ini berjalan,” kata kepala IAF.
Tahun lalu, India menyampaikan kepada Rusia keengganannya untuk melanjutkan pengembangan bersama program FGFA senilai US$ 30 miliar karena mahalnya biaya dan banyaknya masalah yang dialami Su-57 yang akan dijadikan dasar pengembangan.
Di bawah proyek FGFA Rusia-India, kedua belah pihak masing-masing telah merencanakan untuk menginvestasikan US$ 4 miliar pada tahap pengembang, sementara total biaya membangun 127 jet tempur diperkirakan berjumlah US$ 25 miliar.