Site icon

Raytheon Kembangkan Teknologi untuk Membantu Pilot Mendeteksi Serangan Hacker

Perusahaan pertahanan Raytheon Amerika saat ini sedang mengerjakan sistem peringatan baru yang akan memberi tahu pilot ketika pesawat mereka diretas.

Sebagaimana dilaporkan Defense One, teknologi tersebut saat ini sedang diuji dalam simulator di Arlington, Virginia, di mana sekelompok insinyur dari Raytheon sedang mencoba untuk membuat sistem  Cyber Anomaly Detection ​​yang akan memberi tahu pilot tentang kemungkinan serangan.

Tim berpendapat bahwa proyek yang didanai sendiri ini dimulai tiga tahun  lalu, ketika seorang pelanggan yang tidak dikenal mengeluh tentang kemungkinan kerentanan yang dapat ditimbulkan oleh platform penerbangan, termasuk pesawat komersial dan rudal.

“Pada dasarnya, kami berusaha memberikan informasi kepada pilot tentang apa yang terjadi di di pesawatnya secara real time”, kata Amanda Buchanan seorang insinyur terkemuka di proyek Raytheon ini.

“Kami memberi tahu dia apa yang sedang terjadi dan memungkinkan dia membuat keputusan tentang apa yang perlu dia lakukan untuk memperbaiki masalah”.

Para insinyur juga menyebutkan bahwa meski sistem masih tidak dapat melawan kemungkinan intrusi hacker atau mencegah pesawat berpotensi jatuh jika mesinnya dimatikan, itu mungkin dapat membantu mendeteksi serangan dan memberi pilot beberapa waktu untuk memperbaiki kerusakan.

Dalam sebuah wawancara dengan Defense One, manajer produk ketahanan cyber Raytheon, Greg Fry, bersikeras bahwa apa yang disebut sistem komunikasi “serial data bus”  yang telah digunakan di banyak pesawat militer Amerika sejak tahun 1970-an, masih belum diperbarui untuk keamanan, memicu kekhawatiran akan kerentanan dunia maya di Angkatan Udara AS.

“Anda berbicara tentang GPS, sakelar katup bahan bakar Anda ada di sana, autopilot Anda ada di sana dan semua sistem avionik lainnya berkomunikasi melalui bus ini,” kata Fry.

“Apa yang kami temukan adalah ketika teknologi meningkat dan semakin banyak produk [komersial] dimasukkan ke dalam pesawat, ada lebih banyak  ancaman dunia maya untuk naik ke platform”.

Militer Amerika mulai sering berbicara tentang kemungkinan kerentanan dunia maya dalam sistem Angkatan Udaranya menyusul deteksi beberapa kesalahan dalam jet tempur F-15 Strike Eagle selama konferensi keamanan siber di Nevada Agustus 2019 lalu.

Pada acara tersebut sekelompok peretas yang dikumpulkan Angkatan Udara Amerika menemukan beberapa kerentanan dunia maya di jet tempur F-15 Strike Eagle  yang berpotensi membuat sistemnya rentan diretas.

Pentagon sebelumnya juga memperingatkan tentang bahaya berkolaborasi dengan perusahaan dan organisasi China yang terkait dengan Tentara Pembebasan Rakyat di bidang teknologi militer yang sensitif untuk menghindari kompromi keamanan cyber persenjataan Amerika, mulai dari rudal jelajah hingga jet tempur.

Exit mobile version