Sejumlah pakar menilai rudal yang diluncurkan Korea Utara memiliki jangkauan lebih jauh dari rudal yang diuji negara awal tahun ini dan dirancang untuk diluncurkan dari kapal selam serta berpotensi menimbulkan ancaman bagi sekutu Amerika di Asia.
“Rudal yang diuji memiliki jangkauan maksimum dua kali lipat lebih dari sistem jarak pendek yang telah diuji Korea Utara musim panas ini, “kata Michael Elleman, Direktur Program Non-Proliferation and Nuclear Policy di International Institute for Strategic Studies (IISS) sebagaimana dilaporkan VOA Sabtu 5 Oktober 2019.
Korea Utara melakukan peluncuran rudal balistik baru di bawah air pada Rabu yang terbang sekitar 450 kilometer dari kota pesisir timur negara itu Wonsan sebelum mendarat di zona ekonomi eksklusif Jepang. Rudal mencapai ketinggian puncak 950 kilometer, kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.
“Itu memang rudal jarak jauh berbahan bakar padat yang telah diuji Korea Utara hingga saat ini,” kata Ian Williams, Wakil Direktur Proyek Pertahanan Rudal di Center for Strategic and International Studies. “[Korea Utara] belum menguji coba rudal semacam ini sejak 2016.”
Mencapai Korea Selatan, Jepang
Rudal yang diuji pada hari Rabu dianggap memiliki jangkauan maksimum sekitar 1.900 kilometer pada lintasan standar. Jangkauan ini memungkinkan untuk menargetkan semua pulau utama Korea Selatan dan Jepang. Rudal ini oleh Pyognyang disebut sebagai Pukguksong-3, dan terakhir kali Korea Utara menguji coba rudal kelas Pukguksong adalah pada Agustus 2016.
Rudal yang menggunakan bahan bakar padat lebih sulit dideteksi karena bahan bakar dapat dimuat jauh sebelum peluncuran dan kemudian dipindahkan.
Karakteristik rudal mobile berbahan bakar padat memungkinkan untuk menginstal rudal di kapal selam atau tongkang bawah laut sebelum diluncurkan. Ini dianggap sebagai peningkatan atas rudal berbahan bakar cair, yang harus dimuat sesaat sebelum rudal ditembakkan.

“Rudal ini kemungkinan didasarkan pada Pukuksong-2, yang sebelumnya diuji beberapa tahun lalu,” kata Elleman. “Tampaknya beberapa perbaikan kecil telah dimasukkan untuk meningkatkan jangkauan maksimum rudal beberapa ratus kilometer dan agar sesuai dengan tabung peluncuran kapal selam.”
Williams mengatakan tujuan Korea Utara adalah untuk meningkatkan teknologi rudal bahan bakar padat dan mentransfernya ke rudal balistik antarbenua (ICBM), yang dapat mencapai benua Amerika.
“Ini satu lagi bukti bahwa Korea Utara meningkatkan kompetensi dengan bahan bakar padat,” kata Williams. “Pengetahuan ini kemungkinan akan berlaku untuk rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat, yang saya percaya adalah tujuan utama Pyongyang dalam pengembangan misilnya.”
Korea Utara mengatakan Kamis bahwa pihaknya telah berhasil melakukan uji coba rudal dari kapal selam, yang berbeda dari penilaian Amerika.
“Jenis penembakan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (SLBM) jenis baru yang berhasil menjadi sangat penting karena mengantar dalam fase baru dalam menanggapi ancaman pasukan luar terhadap DPRK dan semakin memperkuat otot militernya untuk pertahanan diri, ” kata Kantor Berita Pusat Korea KCNA.
Sebaliknya, Kepala Staf Gabungan Amerika mengatakan Korea Utara menguji coba rudal dari platform berbasis laut.
“Saya tidak akan menjelaskan secara spesifik tentang rudal apa sebenarnya selain mengatakan, sekali lagi, itu adalah rudal jarak pendek hingga menengah dan saya akan mengatakan bahwa kami tidak memiliki indikasi bahwa itu diluncurkan dari kapal selam melainkan sebuah platform berbasis laut, ” kata juru bicara Patrick Ryder.
Sebagian besar ancaman dari rudal yang diluncurkan kapal selam tergantung pada seberapa canggih kapal selam itu, kata para ahli.
“Jika kapal selam itu berisik dan hingga mudah dideteksi, itu mungkin tidak menimbulkan banyak ancaman bagi siapa pun,” kata Williams. “Namun, itu akan membutuhkan pemantauan yang hampir konstan, yang akan mengurangsi pengawasan dan aset bawah laut yang mungkin ditugaskan di tempat lain.”
Elleman mengatakan Korea Utara belum sepenuhnya mengembangkan teknologi kapal selamnya untuk mengerahkan kapal selam jauh di lepas pantai negara itu.
“Kapal selam Korea Utara tidak akan menjelajah jauh dari semenanjung [Korea], karena negara itu tidak memiliki infrastruktur pendukung, kapal, logistik, dan komunikasi yang aman untuk mengoperasikannya di jarak jauh,” tambahnya.