Rudal Korea Utara Kemungkinan Ditembakkan dari Kapal Selam
KCNA

Rudal Korea Utara Kemungkinan Ditembakkan dari Kapal Selam

Korea Utara menembakkan setidaknya satu rudal di lepas pantai timurnya pada hari Rabu 2 Oktober 2019. Korea Selatan mengatakan ada kemungkinan rudal diluncurkan dari kapal selam atau dikenal sebagai submarine-launched ballistic missiles (SLBM).

Militer Korea Selatan mengatakan telah mendeteksi peluncuran satu rudal yang terbang 450 km  dan mencapai ketinggian 910 km. Kemungkinan itu adalah senjata kelas Pukguksong, rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM).

Dewan Keamanan Nasional di Seoul menyatakan keprihatinan besar atas peluncuran apa yang dimungkinkan adalah SLBM.

Militer Korea Selatan mengatakan rudal diluncurkan dari sekitar Wonsan, situs salah satu pangkalan militer Korea Utara di pantai timur, ke arah laut.

Sementara Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengutuk peluncuran apa yang dikatakannya sebagai dua rudal balistik, yang salah satunya jatuh di perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Jepang dengan mengatakan itu adalah pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB. Tidak ada penjelasan tentang perbedaan data antara kedua negara tentang jumlah rudal yang ditembakkan Pyongyang.

Korea Utara telah mengembangkan teknologi SLBM sebelum menangguhkan uji coba rudal dan nuklir jarak jauh dan memulai pembicaraan dengan Amerika Serikat yang mengarah ke pertemuan puncak pertama antara Kim dan Trump di Singapura pada Juni 2018.

Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga mengatakan, tampaknya dua rudal diluncurkan dalam jeda beberapa menit.

Seorang pejabat senior pemerintah Amerika, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan: “Kami mengetahui laporan kemungkinan peluncuran rudal Korea Utara. Kami terus memantau situasi dan berkonsultasi dengan sekutu kami di wilayah ini. ”

Peluncuran terbaru adalah yang kesembilan sejak Trump dan Kim bertemu di perbatasan zona demiliterisasi antara kedua Korea pada bulan Juni dan berjanji untuk membuka kembali pembicaraan tingkat kerja dalam beberapa minggu.

Peluncuran itu kemungkinan merupakan pengingat Korea Utara  bahwa mereka menolak resolusi Amerika Serikat yang melarang penggunaan teknologi rudal balistik sebagai pelanggaran atas haknya untuk membela diri.

Pembicaraan yang ditujukan untuk membongkar program nuklir dan rudal Korea Utara telah terhenti sejak pertemuan puncak kedua antara Presiden Amerika Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Vietnam pada Februari yang berakhir tanpa kesepakatan.

Beberapa jam sebelum peluncuran hari Rabu, Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa perundingan akan diadakan pada Sabtu yang diharapkan memecahkan kebuntuan berbulan-bulan.

Peluncuran rudal Korea Utara sebelumnya adalah pada 10 September, juga beberapa jam setelah Choe menyatakan kesediaan Pyongyang untuk melakukan pembicaraan dengan Amerika Serikat.

“Tampaknya Korea Utara ingin memperjelas posisi negosiasinya sebelum pembicaraan dimulai,” kata Harry Kazianis Direktur Senior Studi Korea Center for the National Interest sebagaimana dikutip Reuters.

“Pyongyang tampaknya akan mendorong Washington mundur dari tuntutan-tuntutan denuklirisasi penuh masa lalu untuk pelonggaran sanksi,” katanya.

Trump telah menggangap remeh serangkaian peluncuran jarak pendek Korea Utara baru-baru ini, mengatakan Amerika Serikat dan Korea Utara tidak memiliki perjanjian mengenai rudal jarak pendek dan bahwa banyak negara juga menguji senjata semacam itu.

Lee Sung-yoon, Profesor Studi Korea di The Fletcher School di Tufts University, mengatakan Korea Utara telah “mendaur ulang strategi carrot and stick-nya ” dengan Amerika Serikat berkali-kali di masa lalu dengan sukses