Seorang pengguna media sosial Weibo China menerbitkan gambar satelit yang diduga menunjukkan kapal induk Amerika Serikat, USS Ronald Reagan dikelilingi oleh sedikitnya tujuh kapal perang China. Kejadian ini konon pada 24 September 2019.
Gambar yang kemudian menyebar ke platform media sosial lainnya itu juga menunjukkan bahwa USS Ronald Reagan sendirian ketika diduga dikepung di timur laut Kepulauan Spratly di Laut China Selatan. Ini menjadi tidak biasa karena kapal induk biasanya disertai dengan kapal perang lainnya.
USS Ronald Reagan aircraft carrier and some unidentified warships were seen sailing in the area north-east of Spratly Islands in the South China Sea on September 28. pic.twitter.com/eQNOBku8eV
— Duan Dang (@duandang) September 28, 2019
Juru bicara untuk Armada ke-7 Amerika menolak untuk mengkonfirmasi apakah insiden itu benar-benar terjadi dan hanya mengatakan bahwa kapal induk itu melakukan operasi rutin.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan China tidak membenarkan atau membantah bahwa kapal perang Amerika telah dikepung, tetapi mencatat penyebaran USS Ronald Reagan ke wilayah itu untuk melenturkan otot dan meningkatkan militerisasi regional oleh Amerika.
“Kami menentang keras hal itu. Kami mendesak pihak Amerika untuk menghormati masalah keamanan negara-negara di kawasan itu dan memberikan kontribusi positif bagi perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan,” kata juru bicara itu sebagaimana dilaporkan Sputnik Minggu 29 September 2019.

Perjalanan kapal induk ke perairan yang disengketakan di Laut China Selatan terjadi hanya beberapa minggu sebelum perayaan ulang tahun ke-70 Partai Komunis China. Namun penyebaran seperti itu bukan hal yang jarang terjadi.
Amerika, kadang-kadang bekerja sama dengan sekutunya, telah mengirim kapal perang pada apa yang disebut operasi kebebasan navigasi untuk melindungi rute-rute vital maritim, yang saat ini dikendalikan oleh China, meskipun beberapa negara regional lain mengklaim kedaulatan atas berbagai pulau di Laut China Selatan.
Beijing telah berulang kali mengecam operasi Amerika ini sebagai “provokasi” dan memperingatkan Washington agar tidak meningkatkan situasi di kawasan itu dengan tindakan “ceroboh” -nya.
Brunei, Republik Rakyat China (RRC), Taiwan, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam mempertaruhkan klaim mereka ke bagian Laut China Selatan, yang dilaporkan mengandung cadangan bahan bakar fosil yang kaya dan merupakan jalur penting perdagangan dunia.