Pada 14 September, dua pesawat tak berawak menyerang fasilitas minyak Saudi Aramco, menyebabkan kebakaran besar dan sebagian mengganggu produksi minyak. Serangan itu diklaim oleh fraksi Houthi Yaman, tetapi Washington telah menyalahkan Iran.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengeluarkan pernyataan bersama pada Senin 23 September 2019 dengan meyakini Iran berada di belakang serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi 14 September 2019 lalu.
“Sudah tiba saatnya bagi Iran untuk menerima kerangka kerja negosiasi jangka panjang untuk program nuklirnya, serta masalah keamanan regional, yang termasuk program misilnya,” kata tiga kepala pemerintahan itu dalam sebuah pernyataan bersama.
“Kami mengutuk dengan sangat tegas serangan yang menargetkan situs minyak di wilayah Saudi, pada 14 September 2019 di Abqaiq dan Khura, dan menegaskan kembali solidaritas penuh kami dengan Kerajaan Arab Saudi dan rakyatnya. Jelas untuk kami bahwa Iran bertanggung jawab atas serangan ini. Tidak ada penjelasan masuk akal lainnya. Kami mendukung penyelidikan yang sedang berlangsung untuk perincian lengkap,” tambah pernyataan itu.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan sebelumnya bahwa Prancis, Inggris dan Jerman juga akan membahas situasi seputar kesepakatan nuklir JCPOA Iran di Majelis Umum PBB mendatang di New York.
Pekan lalu, Kementerian Pertahanan Saudi mengadakan konferensi pers untuk mempresentasikan apa yang digambarkannya sebagai bukti keterlibatan Iran dalam serangan itu. Teheran membantah tuduhan itu.
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan pada hari Senin bahwa Washington berusaha untuk menggunakan serangan pesawat tak berawak baru-baru ini pada fasilitas minyak Saudi Aramco untuk keuntungannya dengan mencapai kesepakatan bernilai miliaran dolar dan mendapatkan kehadiran permanen di Timur Tengah.
Pada hari Jumat, koalisi pimpinan Saudi melancarkan operasi terhadap fasilitas militer yang dikatakan milik pemberontak Houthi di bagian utara provinsi Al Hudaydah, Yaman, kurang dari seminggu setelah serangan drone.