Amerika Serikat dilaporkan sedang berusaha untuk mengajak Inggris membangun koalisi untuk kemungkinan melakukan tindakan militer kepada Iran.
“Amerika berusaha membangun koalisi dukungan untuk mengambil beberapa bentuk tindakan terhadap Iran. Inggris adalah sekutu terdekat AS sehingga tidak mengherankan kami telah diminta pandangan kami, ” kata sumber Inggris yang berbicara kepada Daily Star sebagaimana dikutip Sputnik Senin 23 September 2019.
Mengingat intelijen saat invasi Irak 2003 yang dipimpin oleh koalisi pimpinan Amerika, yang akhirnya membuat Inggris bergabung dengan koalisi, sumber itu mengatakan kali ini tampaknya data intelijen Amerika benar-benar kuat. “Data intelijen Amerika semuanya menunjuk ke Iran. ”
Sumber itu tidak mengungkapkan secara spesifik dugaan informasi intelijen ini, tetapi mengindikasikan bahwa “setiap kali Barat menolak untuk bertindak melawan agresi Iran, Teheran menjadi lebih berani [dan] yakin Amerika tidak akan pernah menyerang mereka.”
London belum memverifikasi kebenaran laporan itu, tetapi negara tersebut telah bergabung dengan koalisi maritim pimpinan Amerika untuk mengawasi Selat Hormuz di tengah ketegangan dengan Iran. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab bergabung dengan koalisi maritim minggu lalu bergabung dengan Amerika , Inggris, Australia dan Bahrain. Negara-negara Eropa lainnya menolak untuk bergabung.
SAS Dikerahkan ke Bahrain
Pada hari Jumat, media Inggris melaporkan bahwa pasukan khusus Layanan Udara Inggris telah diterbangkan ke pangkalan angkatan laut HMS Jufair Angkatan Laut Inggris di Bahrain untuk menjaga fasilitas tersebut di tengah dugaan peringatan intelijen bahwa ‘penyabot sekutu Iran’ telah memilih pangkalan dan Kedutaan Besar Inggris di negara itu untuk potensi serangan.
Iran tidak mengomentari laporan itu, tetapi telah berulang kali membantah klaim keterlibatannya dalam serangkaian serangan baru-baru ini di kawasan itu, termasuk serangan 14 September di dua fasilitas Saudi Aramco.
Milisi Yaman Houthi mengaku bertanggung jawab atas serangan-serangan itu, dengan mengatakan mereka menggunakan hampir selusin drone kamikaze untuk melakukan serangan. Amerika Serikat dan Arab Saudi telah mengklaim bahwa serangan itu diluncurkan dari Iran.
Berbicara kepada BBC pada hari Minggu, Menteri Luar Negeri Inggris Dominc Raab meragukan keterlibatan Houthi dalam serangan fasilitas minyak. “Dari informasi yang saya lihat, saya merasa sepenuhnya tidak masuk akal dan kurang kredibilitas untuk mengatakan bahwa serangan itu berasal dari pemberontak Houthi,” kata Raab.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif memperingatkan bahwa jika perang memang dimulai di tengah-tengah ketegangan saat ini, “siapa pun yang memulai [itu] tidak akan menjadi orang yang menyelesaikannya.” Zarif mengatakan ia tidak bisa menyatakan dengan keyakinan bahwa perang dapat dihindari mengingat ketegangan saat ini.