Setelah Amerika, kini Prancis juga menyatakan tidak percaya serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi dilakuka oleh kelompok Houthi Yaman.
“Gerilyawan Yaman mengumumkan bahwa mereka yang melakukan serangan tersebut. Secara relatif, itu sangat tidak dapat dipercaya,” kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian kepada stasiun TV C News Kamis 19 September 2019.
“Ada penyelidikan internasional, mari kita tunggu hasilnya. Saya tidak memiliki opini spesifik sebelum adanya hasil ini,” kata dia, menambahkan bahwa penyelidikan serangan minyak Arab Saudi akan berjalan cepat.
Pemerintahan Trump dan Arab Saudi menunjuk Iran berada di balik serangan 14 September, yang menghantam fasilitas pemrosesan minyak mentah terbesar di dunia dan menyebabkan jumlah produksi minyak Arab Saudi merosot tajam.
Arab Saudi pada Rabu memperlihatkan sisa-sisa yang digambarkannya sebagai peluru kendali jelajah dan drone milik Iran yang digunakan dalam serangan fasilitas minyak Saudi, dengan mengatakan ini adalah bukti tak terbantahkan agresi Iran.
Sebanyak 25 drone dan rudal ditembakkan ke dua fasilitas pabrik minyak pada serangan pekan lalu, termasuk kendaraan udara tanpa awak Delta Wing dan rudal jelajah Ya Ali” yang dibuat Iran.
“Serangan berasal dari arah utara dan tak dapat diragukan lagi didukung oleh Iran,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Arab Saudi, Kolonel Turki al-Malki. “Bukti … yang anda lihat di depan anda, membuat ini “tak bisa dibantah”.
Iran membantah keterlibatan apapun dalam serangan yang mulanya mengurangi produksi minyak Arab Saudi. Seorang penasihat presiden Iran mencuit di Twitter bahwa konferensi pers tersebut membuktikan Arab Saudi “tak tahu apa-apa.”
Kelompok al-Houthi Yaman yang bersekutu dengan Iran, yang memerangi koalisi militer pimpinan Saudi, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Pada Rabu kelompok al Houthi memaparkan jenis drone yang katanya digunakan dalam serangan 14 September sekaligus memperingatkan bahwa Uni Emirat Arab juga berada di dalam benaknya.