More

    Raytheon Paling Berpeluang Dapat Untung dari Serangan Fasilitas Minyak Arab Saudi

    on

    |

    views

    and

    comments

    Serangan terhadap fasilitas minyak Aramco Saudi mulai dimanfaatkan sejumlah pihak menjadi peluang untuk memasarkan senjatanya. Rusia, salah satunya yang sudah terang-terangan menawarkan sistem pertahanan udara S-300 dan S-400 serta sistem anti drone.

    Namun Kontraktor pertahanan Amerika, Raytheon kemungkinan yang berpeluang mendapatkan keuntungan terbesar dari situasi ini.

    Sheila Kahyoaglu, peneliti pertahanan dan ruang angkasa Jefferies sebagaimana dikutip Business Insider Selasa 17 September 2019 menyebutkan Arab Saudi – yang menyumbang 5% dari total penjualan Raytheon – memiliki anggaran pertahanan terbesar di Timur Tengah, di mana pengeluaran berkorelasi dengan minyak. Per tahun, negara ini membelanjakan US$ 52 miliar untuk pertahanan, menjadikannya pasar terbesar kelima di dunia.

    Raytheon bisa mendapatkan dorongan terbesar dari peningkatan pengeluaran negara karena memiliki portofolio luas produk yang berlaku. Raytheon juga memiliki penjualan militer paling asing ke Timur Tengah tahun ini, dan mendatangkan pembelian US$ 37 miliar dari wilayah tersebut dalam enam tahun terakhir. Hanya Lockheed Martin, yang melampaui pendapatannya dalam kerangka waktu itu dengan nilai US$ 58 miliar.

    Raytheon menjual salah satu sistem pertahanan rudal utama yang saat ini dimiliki Arab Saudi, NASAMS, sistem rudal darat ke udara  canggih. Raytheon dapat memperoleh manfaat khusus dari peningkatan penjualan sistem ini.

    Fasilitas minyak Saudi Aramco diserang oleh drone pada 14 September 2019, mengganggu 50% dari produksi harian Aramco dan 5% dari output global. Meskipun kelompok Yaman Houthi telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, Amerika tetap meyakini serangan itu dilakukan oleh Iran.

    “Amerika dapat menyerang balik melalui aksi militer atau sanksi lebih lanjut,” tulis Kahyoaglu. Presiden Donald Trump dalam tweeted mengatakan Amerika telah “locked and loaded” dan semua tergantung pada verifikasi Arab Saudi apakah Iran memang terlibat.

    “Sifat serangan juga menunjukkan pentingnya perlindungan jarak pendek, yang akan menjadi penarik berkelanjutan untuk pengeluaran militer internasional,” tulis Kahyoaglu. Baru-baru ini, Arab Saudi telah memfokuskan pada sistem senjata ofensif dan defensif.

    Namun, bahkan jika dipastikan Iran bertanggung jawab atas serangan itu, eskalasi belum pasti akan meledak jadi konflik senjata. Sebagai gambaran ketika Iran menembak jatuh pesawat tak berawak Amerika pada Juni 2019, Amerika memilih membatalkan serangan karena sejumlah risiko.

    Dan, Raytheon bukan satu-satunya penerima manfaat dari kondisi ini. Lockheed Martin, Boeing, Northrup Grumman, L3Harris Technologies, General Dynamics, dan Textron semuanya menjual ke militer asing di Timur Tengah dan bisa juga mendapatkan peluang.

    Share this
    Tags

    Must-read

    Sebagian Misi Kami Melawan Channel Maling Berhasil

    Sekitar 3 tahun Channel JejakTapak di Youtube ada. Misi pertama dari dibuatnya channel tersebut karena banyak naskah dari Jejaktapak.com dicuri oleh para channel militer...

    Rudal Israel dan Houhti Kejar-kejaran di Langit Tel Aviv

    https://www.youtube.com/watch?v=jkIJeT_aR5AKelompok Houthi Yaman secara mengejutkan melakukan serangan rudal balistik ke Israel. Serangan membuat ribuan warga Tel Aviv panic dan berlarian mencari tempat perlindungan. Serangan dilakukan...

    3 Gudang Senjata Besar Rusia Benar-Benar Berantakan

    Serangan drone Ukraina mengakibatkan tiga gudang penyimpanan amunisi Rusia benar-benar rusak parah. Jelas ini sebuah kerugian besar bagi Moskow. Serangan drone Ukraina menyasar dua gudang...

    Recent articles

    More like this