Kontraktor pertahanan Amerka Raytheon baru-baru ini mengumumkan pengembangan proyek rudal udara ke udara Peregrine. Proyek ini didanai secara internal dan diharapkan diharapkan dapat memberikan senjata kuat kepada pembeli yang tertarik dengan rudal dengan ukuran setengah dibandingkan digunakan oleh militer saat ini.
Maket rudal Peregrine disajikan pada di National Convention Air Force Association di Washington, DC Senin 16 September 2019. Menurut Aviation Week & Space Technology, rudal dimaksudkan untuk menjadi kombinasi dari rudal jarka menengah AIM-120 dan kemampuan manuver dari rudal jarak pendek AIM-9X. Semua kemampuan itu dikemas dalam bentuk yang lebih kecil untuk meningkatkan kemampuan pesawat taktis membawanya.
Rudal Peregrine memiliki panjang 6 kaki, dengan berat total sekitar 150 pon atau sekitar setengah panjang dan berat AIM-120.
Tanpa menawarkan terlalu banyak detail pada proyek, Mark Noyes, Wakil Presiden Pengembangan Bisnis dan Strategi Sistem Rudal Raytheon, mengatakan rudal menggunakan “pencari otonom multimode” untuk mengarahkan dengan tepat pada target.
“Peregrine akan memungkinkan pilot tempur Amerika dan sekutu untuk membawa lebih banyak rudal ke pertempuran untuk mempertahankan dominasi udara,” tambah Thomas Bussing, Wakil Presiden Raytheon Advanced Missile Systems dikutip Defense News.
“Dengan sensor, panduan, dan sistem propulsi canggih yang dikemas ke dalam badan yang jauh lebih kecil, senjata baru ini mewakili lompatan ke depan yang signifikan dalam pengembangan rudal udara ke udara.”
Rudal itu dikatakan efektif melawan drone, pesawat berawak dan rudal jelajah. Namun belum jelas siapa yang akan membelinya nanti.
https://twitter.com/TheDEWLine/status/1173617380439789569?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1173617380439789569&ref_url=https%3A%2F%2Fsputniknews.com%2Fmilitary%2F201909161076818722-raytheon-unveils-advanced-peregrine-air-to-air-missile-project%2F