Sebelumnya, Presiden Trump mengatakan Washington memiliki “alasan untuk percaya” bahwa mereka mengetahui “penyebab” serangan pesawat tak berawak Sabtu di fasilitas minyak Arab Saudi, dan memperingatkan bahwa AS “dikunci dan dimuat” sambil menunggu verifikasi dari Saudi mengenai siapa ang mereka percayai. bertanggung jawab.
Koalisi militer yang dipimpin Saudi mengumumkan bahwa temuan awal menunjukkan serangan terhadap fasilitas Saudi Aramco menggunakan senjata buatan Iran dan tidak berasal dari Yaman.
Berbicara pada konferensi pers di Riyadh pada Senin 16 September 2019, juru bicara koalisi Kolonel Turki al-Malki mengatakan penyelidikan masih berlangsung, dan penyelidik saat ini mencari tahu “dari mana rudal yang digunakan dalam serangan ditembakkan.
Menurut pejabat tersebut, drone tidak diluncurkan dari Yaman, seperti yang diklaim oleh Houthi. “Penyelidikan terus berlanjut dan semua indikasi adalah bahwa senjata yang digunakan dalam kedua serangan berasal dari Iran,” kata al-Maliki sebagaimana dikutip Sputnik.
Al-Maliki berjanji bahwa militer akan mempresentasikan hasil penyelidikannya kepada media setelah selesai.
Pernyataan koalisi Arab Saudi ini memperkuat pernyataan Amerika sebelumnya yang juga meyakni serangan dilakukan oleh Iran. Salah satunya karena serangan tidak berasal dari arah Yaman. Menanggapi hal tersebut Mohammed al-Bukhaiti, anggota Dewan Politik Tertinggi Houthi, mengatakan kepada media Iran bahwa upaya untuk menyalahkan serangan Houthi di negara lain adalah tindakan “pengecut.”
Serangan terhadap dua fasilitas utama Saudi Aramco Sabtu, termasuk pabrik stabillisation minyak mentah terbesar di dunia, mendorong harga minyak melonjak tajam pada perdagangan Senin di tengah kekhawatiran atas pasokan.
Presiden Amerika Donald Trump belum merinci apakah dia sedang mempertimbangkan tanggapan militer setelah serangan tersebut. Namun dia berjanji samar untuk membantu sekutu Amerika di Timur Tengah tersebut.
Dalam sebuah tweet pada hari Senin, Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat, sebagai eksportir minyak mentah terkemuka, tidak tertarik pada sumber daya alam Timur Tengah. “Kami tidak membutuhkan Minyak & Gas Timur Tengah, & pada kenyataannya hanya ada sedikit tanker di sana, tetapi akan membantu Sekutu kami!” tulisnya.
Because we have done so well with Energy over the last few years (thank you, Mr. President!), we are a net Energy Exporter, & now the Number One Energy Producer in the World. We don’t need Middle Eastern Oil & Gas, & in fact have very few tankers there, but will help our Allies!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) September 16, 2019