Meskipun serangkaian uji coba telah mengalami kegagalan, intelijen Amerika Serikat memperkirakan rudal bertenaga nuklir Rusia yang akan memiliki jangkauan tak terbatas akan siap untuk perang dalam enam tahun ke depan.
Menurut sumber yang memiliki pengetahuan tentang laporan intelijen Amerika mengatakan kepada CNBC perkiraan ini sedikit dipercepat daripada yang dilaporkan sebelumnya.
Perkiraan terbaru juga terjadi setelah ledakan misterius di lepas pantai utara Rusia yang menewaskan lima ilmuwan dan memicu kekhawatiran Moskow telah menguji coba rudal yang disebut Burevestnik. Sebuah penilaian intelijen Amerika menemukan bahwa ledakan 8 Agustus terjadi selama misi pemulihan untuk menyelamatkan Burevestnik yang hilang dari dasar laut.
Maret lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan beberapa senjata hipersonik, serta Burevestnik. Putin mengatakan rudal ini bertenaga nuklir dan memiliki jangkauan tidak terbatas.
Burevestnik, juga dikenal sebagai Skyfall, telah diuji sekali awal tahun ini dan sebelum itu senjata juga diuji empat kali antara November 2017 dan Februari 2018 yang semuanya mengakibatkan kecelakaan.
Amerika menentukan bahwa penerbangan uji terpanjang hanya berlangsung lebih dari dua menit, dengan rudal terbang 22 mil sebelum kehilangan kendali dan jatuh. Tes terpendek berlangsung empat detik dan terbang sejauh lima mil.
Tes-tes tersebut tampaknya menunjukkan bahwa tenaga nuklir dari rudal jelajah gagal bekerja hingga senjata tidak dapat mencapai penerbangan tak terbatas seperti yang dibanggakan Putin.
Putin mengklaim bahwa senjata “tak terkalahkan” ini memiliki kemampuan yang terbukti. Menurut pakar keamanan, terlepas dari semua kemunduran yang dialami, Putin bertekad untuk berinvestasi dalam senjata sebesar ini.
“Rusia berkomitmen untuk investasi besar-besaran dalam sistem baru seperti ini untuk mengalahkan pertahanan rudal Amerika. Kami tersandung ke arah perlombaan senjata, ” kata Jeffrey Lewis, pakar senjata nuklir di Middlebury Institute of International Studies di Monterey.
“Persahabatan pribadi Trump dengan Putin bukan pengganti perjanjian yang menahan kekuatan super nuklir. Apa pun yang dikatakan kedua pemimpin, militer Amerika dan Rusia menghabiskan miliaran dolar untuk senjata nuklir baru yang ditargetkan satu sama lain, ” kata Lewis kepada CNBC 11 September 2019.
Joshua Pollack, seorang ahli proliferasi nuklir dan editor Nonproliferation Review, menyebut strategi Putin “berlebihan” dan mengatakan bahwa biasanya dibutuhkan waktu lama untuk mengembangkan teknologi baru yang eksotis seperti sistem rudal ini.
“Hampir semua yang dia pamerkan dirancang untuk mengatasi atau menghindari pertahanan rudal Amerika dengan satu atau lain cara. Generasi ICBM mereka saat ini dapat melakukan pekerjaan tanpa kesulitan, ”kata Pollack. “Tapi mungkin dia mengantisipasi teknologi defensif generasi berikutnya dan berusaha untuk tetap unggul.”