Rusia: Ada Risiko Perang Nuklir

Rusia: Ada Risiko Perang Nuklir

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov menyatakan bahwa ada risiko perang nuklir pecah mengingat tren negatif telah sangat terlihat tahun ini.

“Situasi mengenai stabilitas strategis terus memburuk. Sayangnya, ini adalah fakta, dan fakta yang tidak dapat diperdebatkan. Risiko juga tumbuh ada risiko pecahnya perang nuklir, bahkan jika kedua pihak tidak memiliki niat memulai konflik nuklir, ” kata Ryabkov dalam pidato di Moskow Kamis 12 September 2019 sebagaimana dilaporkan Reuters.

Diplomat itu juga mengatakan bahwa Washington tampaknya menghindari bekerja dengan Moskow pada perjanjian pengurangan senjata New START. “Tindakan rekan-rekan Barat kita menjadi semakin emosional, kadang-kadang – agak agresif”, katanya.

Dia  menambahkan bahwa perjanjian New START kemungkinan menjadi korban berikutnya dari upaya Amerika untuk membebaskan diri dari pengendalian senjata.

Ryabkov juga menyuarakan keprihatinan tentang Amerika Serikat yang menyiapkan tempat uji coba nuklir baru.

“Kami prihatin dengan situasi seputar Perjanjian Comprehensive Nuclear-Test-Ban. Setelah mengajukan tuduhan yang tidak berdasar atas pelanggaran perjanjian ini, Amerika Serikat, yang tidak memiliki niat untuk meratifikasinya, kini berupaya mencari alasan untuk lanjutkan tes semacam itu ,” tambahnya.

Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis yang juga dikenal sebagai New START ditandatangani antara Rusia dan Amerika pada bulan April 2010, dan memberlakukan batasan pada jumlah peluncur rudal nuklir, rudal balistik antar benua, pembom strategis dan hulu ledak yang dikerahkan kedua negara. Kesepakatan ini akan berakhir pada 2021, tetapi ada opsi untuk memperpanjangnya hingga 2026.

Moskow sebelumnya memperingatkan bahwa Amerika membahayakan keamanan global dengan menarik diri dari perjanjian strategis atau menolak untuk memperpanjangnya, karena dunia dibiarkan tanpa satupun dokumen yang mengatur lingkup persenjataan nuklir.