Lebih dari selusin multiple launch rocket systems (MLRS) M270-A1 telah tiba di Jerman, membawa kemampuan serangan artileri roket jarak jauh untuk pasukan Amerika di kawasan tersebut setelah runtuhnya Perjanjian Intermediate-range Force Nuclear (INF)
Sebanyak 16 sistem roket mobile dan kendaraan pendukungnya tiba dengan kereta api di Grafenwoehr pada Rabu 11 September 2019 untuk memperkuat Field Artillery Brigade ke-41 yang baru-baru ini diperbarui, yang sekarang berbasis di negara bagian Bavaria Jerman selatan. Sistem ini sangat memperluas jangkauan artileri Amerika.
Serangan roket MLRS dapat mencapai target setidaknya 40 mil jauhnya, atau dengan roket yang lebih baru seperti Army Tactical Missile System (ATACMS), lebih dari 100 mil jauhnya.
M270 pertama kali diperkenalkan pada akhir tahun 1970-an, dikerahkan ke Eropa dengan roket-roket terarah untuk menghancurkan area 1 kilometer dengan bom kurang dari satu menit.
Kini proyektil baru yang dipandu, menjadikannya lebih mematikan. Precision Strike Missile (PrSM), yang sekarang dalam pengembangan sebagai bagian dari program Long Range Precision Fires (LRPF), diharapkan memiliki jangkauan maksimum 499 kilometer.
Ketika PrSM diusulkan, 500 kilometer adalah batas bawah kisaran untuk proyektil darat yang dilarang oleh Perjanjian INF, yang ditandatangani oleh Amerika dan Uni Soviet pada tahun 1987. Namun batasan itu tidak lagi ada setelah Amerika secara resmi mengakhiri perjanjian tersebut.
“Ini adalah sistem senjata yang hebat,” kata komandan brigade Kolonel Seth Knazovich mengatakan kepada Stars and Stripes tentang MLRS. “Kami senang berada di sini, menyediakan serangan jarak jauh di Eropa.”
M270 pertama kali digunakan dalam pertempuran selama Operasi Badai Gurun, di mana tentara Irak yang menjadi sasaran pengeboman roket mulai menyebut sistem itu sebagai “hujan baja.” Sebaliknya, tentara Amerika menyebut MLRS sebagai “Jari-jari Tuhan. ”
Stars and Stripes mencatat tidak jelas berapa banyak sistem MLRS yang pada akhirnya akan dikirim ke Jerman.
