MiG-25 Foxbat yang dibangun Uni Soviet mulai beroperasi pada tahun 1970 dan menjadi salah satu pesawat tempur paling terkenal pada masanya. Platform ini juga tetap menjadi pesawat tempur tercepat di dunia hingga hari ini.
Foxbat melampaui semua jet generasi ketiga lainnya dalam layanan Rusia hingga pensiunnya tahun 2013, dan saat ini masih digunakan sejumlah engara seperti Aljazair dan Suriah. Pesawat ini memiliki dua varian utama yakni sebuah pencegat untuk Angkatan Udara Pertahanan Soviet yang dirancang untuk pertempuran udara ke udara dan disebut sebagai MiG-25P. Varian lain adalah pembom pengintai untuk Angkatan Udara Soviet yang disebut sebagai MiG-25R.
Setiap varian kemudian dimodifikasi menjadi beberapa sub varian untuk memenuhi sejumlah peran termasuk penekanan pertahanan udara, peperangan elektronik dan pemboman berdedikasi ketinggian tinggi.
Hingga kemudian timbul kekhawatiran di Uni Soviet mengenai pengembangan program nuklir China pada 1970-an yang mendorong pengembangan varian MIG-25R yang khusus dikembangkan untuk memantau pengujian nuklir di perbatasan.
Meski lebih dari 220 platform MiG-25R dari berbagai varian yang dibangun, berfungsi baik sebagai pesawat pengintai, pembom ketinggian, atau pembom pengintai, hanya delapan di antaranya yang dirancang untuk memantau pengujian nuklir.
Pesawat-pesawat ini dikenal sebagai MiG-25RR, dan dirancang khusus sebagai tanggapan terhadap ancaman yang dirasakan oleh pengembangan nuklir China setelah perpecahan Sino-Soviet.
Meski Uni Soviet memainkan peran penting dalam memulai program nuklir China, kemunduran hubungan antara keduanya menyusul berkuasanya Perdana Menteri Nikita Khruschev, persenjataan nuklir Beijing justru dikembangkan untuk menghalangi aksi militer Moskow di perbatasan utara dan baratnya serta Amerika Serikat di sisi selatan dan timur.
China menguji senjata nuklir pertama pada tahun 1964, dan senjata termonuklir pertamanya hanya tiga tahun kemudian pada tahun 1967. Pengujian berlanjut sampai tahun 1996, dan militer terus mengembangkan senjata muatan yang lebih tinggi dengan hulu ledak yang lebih kecil dan lebih ringan untuk memungkinkan mereka dipasang pada rudal balistik .

Jika Korea Utara berhasil mencapai prestasi ini dalam waktu kurang dari satu dekade, butuh waktu 32 tahun bagi China untuk mencapai hasil yang diinginkan sebelum pengujian berakhir. China melakukan 45 uji coba nuklir selama periode ini, yang terbesar adalah pada November 1976 ketika sebuah bom hidrogen 4 megaton meledak di atmosfer. Ini terjadi pada saat ketegangan yang memuncak antara Uni Soviet dan China, dan tes yang sangat sering ini di negara tetangga menyebabkan kekhawatiran utama bagi Uni Soviet.
Delapan pesawat pengintai MiG-25RR dikerahkan dengan suite misi Vista, yang meliputi pod sampel udara FUKA yang dikembangkan untuk mendeteksi partikel radioaktif di atmosfer di ketinggian tinggi.
Suite ini awalnya dirancang untuk pesawat pengintai Yakovlev tetapi dimodifikasi untuk Foxbat yang bisa terbang jauh lebih cepat dan lebih tinggi untuk menghindari sistem pertahanan udara China.
Pesawat tempur Angkatan Udara China yang paling canggih pada saat itu adalah varian awal J-7 berbasis pada MiG-21 Soviet. Sebuah pesawat yang relatif tertinggal serta hanya bisa terbang di bawah 2 Mach serta pada ketinggian yang relatif rendah.

Sementara sistem pertahanan udara China yang paling mampu adalah platform rudal jarak jauh S-75 buata Soviet. Kecepatan dan ketinggian MiG-25 membuatnya efektif kebal terhadap intersepsi.
Faktanya, China memang dapat mendeteksi Foxbat karena buruknya pertahanan udara mereka. Pertahanan udara China akan tetap sangat lemah sampai tahun 1990-an, ketika sistem pertahanan udara canggih baru dan jet tempur dibeli dari Rusia setelah runtuhnya Soviet.
Penggunaan MiG-25 untuk memantau aktivitas China bukan satu-satunya saat Foxbat dikerahkan untuk tujuan seperti itu. Irak secara teratur menggunakan armada MiG-25 untuk memeriksa fasilitas militer Iran, termasuk memantau situs nuklir yang secara teratur diserang.
India juga menggunakan armada kecilnya yang terdiri dari delapan varian pengintaian khusus dari MiG-25R untuk memantau kegiatan militer dan nuklir Pakistan pada 1980-an dan 1990-an.
Pesawat itu hampir kebal ketika diterbangkan dengan benar, dan bahkan ketika terdeteksi Foxbat dapat secara teratur terbang wilayah musuh dengan jet tempur dan sistem pertahanan udara lawan tidak berdaya.