Mengapa U-2 Adalah Pesawat Badass?

Mengapa U-2 Adalah Pesawat Badass?

Pada 27 Oktober 1962, dunia sedang fokus pada negara kepulauan kecil Kuba di mana dua negara adidaya Amerika dan Uni Soviet  muncul di jalur tabrakan menuju perang nuklir. Tetapi ketika drama itu berlangsung di Karibia, insiden internasional lain terjadi secara rahasia di Siberia timur.

Kapten Charles W. Maultsby ditugaskan untuk terbang ke Kutub Utara sebagai bagian dari misi yang lebih luas untuk melacak uji coba nuklir Soviet.  Saat itu GPS masih belum ada dan terbang terlalu jauh ke utara membuat kompasnya tidak banyak berfungsi.

Maultsby hanya menggunakan sextant dan bintang-bintang untuk bernavigasi, seperti pelaut  zaman dulu. Saat ia sedang dalam perjalanan pulang, Aurora Borealis membuatnya tidak mungkin untuk membedakan antara bintang-bintang hingga dia tidak sadar sedang menuju langsung ke wilayah udara Soviet.

Komunikasi Maultby kacau oleh jarak ketika operator radio Soviet mencoba membodohinya untuk masuk lebih dalam ke wilayah musuh. Mig-19 segra diterbangkan dari berbagai pangkalan udara Soviet dengan perintah untuk menembak jatuh pesawat mata-mata Amerika tersebut.

Maultby dalam kesulitan, tetapi ia adalah seorang veteran berpengalaman dan pilot yang cakap. Maultby melihat ke bawah dan membuat koreksi arah berdasarkan di mana ia menerima siaran radio Soviet dan berharap mengarahkan hidung pesawatnya ke tempat yang aman.

Sementara itu, Mig Soviet  terbang 10.000 kaki di bawahnya dan ketinggian maksimal mereka adalah 60.000 kaki hingga tidak mungkin mencapai Maultsby yang menerbangkan U-2. Mig Soviet pun akhirnya melambat. Faktanya, satu-satunya hal yang membuat pilot Amerika aman adalah jarak yang memisahkan dengan jet tempur Soviet.

Tetapi bahan bakar pesawat yang diterbangkannya berkurang, dan dia tahu dia tidak bisa mempertahankan selamanya. Maultsby berharap dia dekat dengan wilayah negara sabahat dan membuat keputusan untuk mematikan mesinnya dan memungkinkan sayap lebar U-2 untuk meluncur sejauh mungkin. Yang mengejutkan, dia mempertahankan ketinggian 70.000 kaki selama sekitar sepuluh menit sebelum dia mulai turun.

Dia turun 60.000 kaki  dan terus turun hingga pada saat dia mencapai 25.000 kaki, F-102 muncul di ujung sayapnya, menyambutnya pulang.

Meskipun tidak ada penyangkal pengalaman penerbang Maultsby membantu mengembalikannya dengan selamat ke wilayah udara Amerika, pesawat  U-2  melakukan persis seperti yang dibayangkan para insinyurnya hampir satu dekade sebelumnya.

ANCAMAN BARU

Pada tahun 1949, Uni Soviet melakukan uji bom atom pertama mereka, dan pada awal tahun 1950, mereka mulai secara agresif mencegat pesawat yang mendekati perbatasan mereka. Setelah waktu yang singkat sebagai satu-satunya kekuatan nuklir dunia,  Amerika mendapati dirinya tidak hanya kehilangan monopoli mereka tetapi juga keunggulannya.

Pentagon memiliki pertanyaan besar tentang bagaimana pasukan pembom Soviet, kemajuan mereka dalam mengembangkan ICBM, dan berapa banyak senjata nuklir yang ditimbun Soviet. Di sisi lain mereka tidak memiliki jalan untuk menemukan jawaban.

Satelit pengintaian pertama Amerika masih satu dekade lagi dan butuh waktu lebih lama lagi sebelum mereka dapat menawarkan resolusi yang dibutuhkan para pejabat untuk melacak kemajuan nuklir Soviet.

Jadi Amerika membutuhkan pesawat yang bisa terbang ke wilayah udara Soviet tanpa bisa dicegat. Upaya memodifikasi platform pengawasan yang ada seperti B-57 Martin untuk tugas tersebut dengan cepat dibatalkan dan menjadi jelas bahwa Angkatan Udara Amerika perlu membangun pesawat yang benar-benar baru.

Maka pada tahun 1953, Angkatan Udara mulai mencari  pesawat yang bisa mencapai ketinggian 70.000 kaki dan terbang sejauh kurang lebih 3.000 mil tanpa perlu mengisi bahan bakar. Pada saat itu, jet terceptor terbaik di gudang senjata Soviet adalah Mig-17 dan hanya bisa mencapai ketinggian sekitar 54.000 kaki dan bahkan sebagian besar sistem radar pada zaman itu tidak dapat melacak target di atas 65.000 kaki.

Pesawat juga harus memiliki kamera yang bisa mengambil gambar dengan resolusi hanya 2,5 kaki dari ketinggian itu. Saat itu, tidak ada ada kamera yang bisa melakukan pekerjaan semacam itu, hingga Lockheed mengontrak James Baker dari Harvard dan Richard Scott Perkin dari Perkin-Elmer Company untuk membuat kamera yang dapat mencapai resolusi yang diperlukan tanpa melanggar batas muatan pesawat baru yaitu hanya 450 pon.

Kelly Johnson, chief engineer Skunkworks Lockheed yang merancang P-38 dan F-104 untuk militer Amerika dan pada akhirnya dia juga merancang SR-71 Blackbird  menanggapi permintaan dengan mengusulkan pesawat XF-104 yang dimodifikasi dengan sebuah mesin tunggal, sayap seperti glider, dan tidak ada roda pendaratan yang dapat ditarik. Ini terlalu aneh bagi Angkatan Udara Amerika hingga desain itu dibatalkan.

Badan pesawat X-104 yang berfungsi sebagai fondasi pesawat mata-mata U-2.

TERBANG TINGGI

Tetapi Presiden Eisenhower punya rencana lain. Karena ingin melihat program nuklir Soviet, Eisenhower mengizinkan CIA untuk bergerak maju dengan program pengintaiannya sendiri.

Jadi Lockheed mulai mendesain dan membangun U-2 baru hanya dalam 8 bulan. Tanpa komputer yang bisa diandalkan, Johnson dan timnya bekerja secara diam-diam dan dengan tangan, sering membuat suku cadang selama jam kerja dan pada hari Minggu di pabrik Lockheed mereka untuk menjaga kerahasiaan program, bahkan dari karyawan lain.

Dan tantangan yang dihadapi Lockheed sangat besar. Dengan ketinggian 70.000 kaki, atmosfirnya tidak cukup tebal untuk membuat pesawat tetap tinggi dan hilangnya tekanan kabin akan mengakibatkan darah pilot mendidih.

“Alasan utama kami mengenakan setelan tekanan penuh adalah untuk melindungi kami dari penyakit dekompresi dan lingkungan tekanan rendah di ketinggian tinggi jika kami mengalami dekompresi cepat,” kata pilot U-2 Mayor “Torch” Miller dari Skuadron Pengintai ke-99  kepada Popular Mechanics.

“Tanpa setelan tekanan, dekompresi cepat di kokpit akan menyebabkan nitrogen dalam darah dan jaringan Anda keluar dan masuk ke aliran darah Anda, sendi Anda, dan mungkin membuat jalan ke otak Anda, yang kemungkinan besar akan melumpuhkan dan berpotensi membunuhmu. ”

Namun terlepas dari bahaya, CIA menganggap bahwa ketinggian ekstrem penting karena dianggap cukup tinggi untuk menghindari jet tempur atau rudal darat ke udara Soviet, dan bahkan mungkin cukup tinggi untuk menghindari deteksi radar.

NEXT: MASALAH DI AREA 51