Ini Alasan Turki akan Sangat Hati-Hati Membeli Jet Tempur Rusia

Ini Alasan Turki akan Sangat Hati-Hati Membeli Jet Tempur Rusia

Kemungkinan pembelian jet tempur Rusia oleh Turki menjadi perbincangan banyak pihak setelah  pada 27 Agustus, Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan melakukan kunjungan ke Moskow untuk membahas hubungan bilateral dan perkembangan terakhir di Suriah dengan mitranya dari Rusia Vladimir Putin.

Pada hari yang sama, kedua pemimpin menghadiri upacara pembukaan pameran penerbangan dan ruang angkasa tahunan Rusia (MAKS-2019) dan menyatakan keinginan bersama untuk bekerja sama dalam bidang penerbangan, teknologi luar angkasa, dan sektor industri pertahanan.

Saat berkeliling, Putin memanfaatkan kesempatan untuk memperkenalkan pencapaian terbaru dalam industri penerbangan dan ruang angkasa Rusia kepada tamunya, termasuk jet tempur Su-35, helikopter militer Ka-52, helikopter berat Mi-38 dan helikopter Ka- 62 helikopter menengah antara lain. Erdogan juga menjadi pemimpin asing pertama yang melihat pesawat tempur tercanggih Rusia Su-57.

Dua hari kemudian, Presiden Turki mengatakan bahwa Turki akan memastikan membeli dan memproduksi jet tempur dan bahwa Su-35 Rusia dan Su-57 adalah alternatif yang memungkinkan untuk pesawat Amerika.

Perkembangan ini terjadi setelah Amerika menangguhkan kepersertaan Turki dalam program F-35 karena membeli sistem pertahanan rudal S-400 Rusia. Pentagon memulai proses mengeluarkan Ankara dari program F-35 dengan mengklaim bahwa S-400 tidak kompatibel dengan sistem pertahanan udara NATO dan akan membahayakan operasi jet tempur F-35.

Bermain di keretakan Turki-Amerika Rusia mendekati para pejabat Turki dan menyatakan keinginannya untuk menjual jet-jet tempur paling canggih di Ankara.

Meskipun menunjukkan minat pada Su-35 dan Su-57 Rusia, Ankara tidak akan terburu-buru membeli jet tempur tersebut. Fakta bahwa Turki tidak secara resmi mengajukan permintaan apa pun kepada pihak berwenang Rusia sampai sekarang mendukung klaim semacam itu. Ada beberapa alasan yang dapat menjelaskan mengapa Ankara tidak mengambil langkah tersebut dalam situasi sekarang ini.

Menendang Turki sepenuhnya dari program F-35 adalah proses panjang yang diperkirakan akan diperpanjang hingga Maret 2020. Ingat Turki telah membayar US$ 1,4 miliar untuk membeli pesawat F-35 dari Amerika. Ada delapan perusahaan pertahanan Turki yang berpartisipasi dalam proses produksi di mana mereka bertanggung jawab atas 937 bagian dalam F-35, dengan 400 di antaranya berasal dari perusahaan-perusahaan Turki.

Yang jelas beberapa bulan ke depan akan menjadi waktu sangat penting dalam hal menentukan apakah kompromi seperti itu akan tercapai. Bagaimanapun masih ada peluang Amerika dan Turki menemukan titik temu.

Akhir-akhir ini, Senator Lindsey Graham mengatakan Amerika dan Turki harus menemukan cara untuk menghindari kerusakan  hubungan gara-gara S-400.

“Ketika datang soal  Turki, kami mencari win win bukan Lose-Lose,” tulis Graham di Twitter.

Amerika telah nenawarkan ke Turki bahwa jika tidak mengaktifkan S-400, Washington tidak akan memberi sanksi kepada Ankara dan akan bersedia untuk membahas perjanjian perdagangan bebas dengannya.

Hanya jika kedua belah pihak gagal mengatasinya, maka diskusi mengenai jet tempur Rusia mungkin menjadi serius. Tetapi jika gagal mendapat kompromi, harus dipertimbangkan bahwa Su-35 adalah jet tempur generasi ke-4,5, ini berarti bahwa itu bukan alternatif yang tepat untuk F-35.

Selain itu, membeli jet tempur Rusia dengan adanya alternatif Eropa juga dapat menciptakan keretakan baru bukan dengan Amerika saja tetapi dengan negara-negara NATO lainnya. Ankara tidak membutuhkan konflik baru dengan sekutu-sekutunya/

Jika Ankara akan dipaksa untuk membeli pesawat tempur generasi keempat, maka mungkin akan lebih masuk akal membeli jet tempur Eropa seperti Typhoon dan  Rafale daripada buatan Rusia. Jet-jet tempur Eropa akan kompatibel dengan orientasi geo-strategis dan geo-ekonomi Ankara dan dapat membuka jalan untuk menciptakan peluang besar bagi kedua belah pihak.

Opsi ini tidak hanya memperkuat hubungan Turki-Eropa secara politik dan ekonomi, tetapi juga memperkuat posisi Ankara di NATO dan membuka lebih banyak pintu untuk kerja sama militer di masa depan dengan negara-negara Eropa juga.

Menteri Luar Negeri Turki secara implisit menunjukkan opsi itu ketika dia mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh penyiar NTV bahwa, “Turki tetap berkomitmen pada kesepakatan dengan Amerika Serikat tentang keikutsertaannya dalam program F-35. Kami ingin membeli F-35, tetapi jika kita tidak bisa melakukan ini, kita akan mencari alternatif.  Kami tidak mengecualikan opsi apa pun, itu tidak harus secara khusus buatan Rusia. ”

Adapun Su-57, meskipun merupakan pesawat tempur generasi kelima dan mungkin menjadi alternatif yang lebih murah daripada F-35, Turki mungkin ingin berpartisipasi dalam proses produksi daripada hanya membeli jet.

Namun akan mustahil bagi Ankara untuk mengambil langkah seperti itu sebelum benar-benar kehilangan harapan untuk bergabung kembali dengan program F-35 dan mendapatkan jet tempur siluman tersebut.

Selanjutnya, Moskow juga tidak akan pernah setuju untuk mengizinkan Ankara berpartisipasi dalam proses produksi Su-57. Tetapi bahkan jika Rusia setuju, ini berarti bahwa perusahaan pertahanan Turki akan kehilangan peluang bisnis dengan Amerika dan Eropa dan pada saat yang sama risiko sanksi Amerika.

Skenario ini akan meninggalkan implikasi yang jauh melampaui perselisihan F-35 vs S-400 dan mungkin secara serius mempengaruhi sektor pertahanan Turki, serta membahayakan rencana ambisius Ankara untuk mengembangkan pesawat tempur generasi kelima sendiri, TF-X.

Dengan kata lain, jika sekarang Ankara menerima tawaran Su-35 atau Su-57, itu akan memblokir peluang untuk menyelesaikan konflik F-35 antara Turki dan Amerika.

Lebih jauh lagi, membeli jet tempur Rusia dalam keadaan seperti ini diperkirakan akan mempercepat sanksi Washington terhadap Ankara, dan bagaimanapun ini juga bukan hal yang mudah bagi Turki.

Dalam situasi di mana semua peluang masih ada, terutama dalam program F-35, sulit atau bahkan tidak mungkin bagi Turki untuk membuat keputusan sekarang.