‘Tikus Belanda’ Jadi Kunci Serangan Virus Stuxnet terhadap Program Nuklir Iran

‘Tikus Belanda’ Jadi Kunci Serangan Virus Stuxnet terhadap Program Nuklir Iran

Seorang agen Iran yang direkrut oleh intelijen Belanda atau yang dikenal sebagai istilah ‘mole’ atau ‘tikus’ dilaporkan berperan penting dalam membantu Amerika dan Israel memasang virus Stuxnet pada sentrifugal nuklir Iran di Natantz.

Menurut sebuah laporan oleh Yahoo News, ‘tikus’ itu adalah seorang insinyur Iran yang direkrut oleh lembaga intelijen Belanda AIVD atas perintah CIA dan Mossad, yang memberikan data penting guna membantu pengembang Amerika menargetkan kode serangan cyber mereka ke sistem di Natantz.

Agen Iran itu memasukkan USB flash drive dengan virus ke sistem Iran, karena tidak ada sistem yang terhubung ke internet, maka inilah cara paling mungkin untuk memasukkan virus tersebut.

Virus Stuxnet menghancurkan sekitar 2.000 sentrifugal Iran, menunda rencana pengayaan uranium beberapa tahun. Berbagai laporan menyatakan bahwa virus Stuxnet telah dikembangkan oleh badan intelijen Amerika dan Israel untuk menyabot program nuklir Iran. Namun, tidak ada negara yang mengaku tanggung jawab, baik untuk menciptakan virus maupun untuk melakukan serangan.

Laporan itu mengutip empat sumber intelijen yang mengatakan bahwa Belanda dan Jerman juga memainkan peran dalam pengembangan rencana bersama Amerika dan Israel. Negara lain yang diyakini terlibat adalah Prancis, sementara intelijen Inggris juga diduga berperan.

Sebelumnya dilaporkan bahwa Jerman menyumbangkan spesifikasi teknis dan pengetahuan tentang sistem kontrol industri yang dibuat oleh perusahaan Jerman Siemens, yang digunakan di pabrik Iran untuk mengendalikan pemintalan sentrifugal. Laporan itu mengatakan bahwa Prancis diyakini telah memberikan data intelijen serupa.

Agen yang direkrut Belanda, menurut laporan itu, berada dalam posisi unik karena menjadi kunci tentang kegiatan Iran untuk mendapatkan peralatan dari Eropa bagi program nuklirnya dan tentang sentrifugal itu sendiri, karena sentrifugal di Natantz didasarkan pada desain yang dilaporkan dicuri dari sebuah perusahaan Belanda pada tahun 1970-an oleh ilmuwan Pakistan Abdul Qadeer Khan, yang menggunakannya untuk program nuklir Pakistan.

Putaran serangan cyber pada program nuklir Iran awalnya tidak memerlukan kehadiran fisik di Natantz, tetapi data intelijen kemudian menunjukkan kehadiran fisiknya memberikan dasar bagi keberhasilan Stuxnet. Namun, konsekuensi penting dari operasi Belanda akhirnya kehilangan akses ke Natantz adalah bahwa hal itu mungkin merupakan faktor yang menyebabkan Mossad,  sesuai saran Amerika, bertindak lebih agresif dengan virus Stuxnet pada tahap selanjutnya.

Masih belum jelas mengapa informasi tentang ‘tikus’ itu dipublikasikan sekarang. Beberapa bulan setelah penemuan Stuxnet, sebuah situs web di Israel menunjukkan bahwa Iran telah menangkap dan mungkin mengeksekusi beberapa pekerja di Natantz dengan keyakinan bahwa mereka membantu memasukkan malware ke dalam sistem di pabrik.

Dua sumber intelijen yang berbicara dengan Yahoo News mengindikasikan bahwa memang ada korban jiwa atas program Stuxnet, tetapi tidak mengatakan apakah ini termasuk agen yang direkrut Belanda.