Pakistan: Kami Bisa Tembakkan Nuklir ke India, Ini akan Jadi Perang Terakhir

Pakistan: Kami Bisa Tembakkan Nuklir ke India, Ini akan Jadi Perang Terakhir

Menteri Perkeretaapian Pakistan Sheikh Rashid Ahmed kembali membuat pernyataan controversial dengan memperingatkan India tentang serangan nuklir dengan bom atom kecil.

Rashid Ahmed mengklaim Pakistan memiliki bom nuklir 125-250 gram, yang dapat menghantam dan menghancurkan banyak hal sesuai keinginan negaranya. Dia juga memperingatkan Perdana Menteri India Narendra Modi untuk menghindari perang agar tidak terbukti  menjadi waktu “terakhir” antara kedua negara yang memiliki senjata nuklir.

“Dialog dimungkinkan jika India mengambil langkah menuju penyelesaian masalah Kashmir sesuai dengan resolusi PBB. Jika perang diberlakukan pada Pakistan, India akan dibagi menjadi 22 bagian,” tambah menteri Pakistan.

Ahmed telah dikenal karena membuat pernyataan kontroversial di masa lalu. Pekan lalu, ia meramalkan perang besar-besaran dengan India dapat terjadi sekitar November di tengah laporan penyebaran pasukan di dekat perbatasan India.

“Perjuangan kemerdekaan akhir telah tiba  dan perang dengan India akan menjadi yang terakhir, kali ini,” katanya sebagaimana dilaporkan Sputnik Senin 2 September 2019.

Panglima Angkatan Darat dari dua negara yang memiliki senjata nuklir telah mengunjungi pasukan dari pos-pos depan mereka dalam tiga hari terakhir dan bersumpah untuk membalas dengan tepat jika ada provokasi dari musuh.

Selasa lalu, Pakistan memindahkan ratusan tentaranya dan pasukan komando elite di dekat dengan Line of Control (LoC), garis militer sepanjang 450 mil yang berfungsi sebagai perbatasan de-facto yang memisahkan wilayah Kashmir yang disengketakan antara dua tetangga yang bersenjata nuklir. .

Sumber mengatakan, penempatan itu mengindikasikan  India sedang bersiap menghadapi “konflik jangka pendek”.

Ketegangan antara  India dan Pakistan telah meningkat sejak New Delhi mengubah Pasal 370 yang telah memberikan status khusus Jammu dan Kashmir.  Kashmir telah menjadi rebutan antara kedua negara sejak mereka memperoleh kebebasan dari pemerintahan kolonial Inggris pada tahun 1947. Keduanya memerintah sebagian tetapi mengklaim sepenuhnya.